REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dan Menteri Pertahanan China, Wei Fenghe melakukan pertemuan langsung di Singapura pada Jumat (10/6/2022). Pembicaraan langsung pertama ini mencoba untuk memastikan bahwa ketegangan antara kedua negara tidak meluas ke kesalahpahaman militer atau miskomunikasi.
Austin dan Fenghe bertemu di sela-sela pertemuan keamanan utama Asia Shangri-La Dialogue. Sebelumnya, keduanya telah berbicara melalui telepon pada April.
Sebelum pertemuan itu, seorang pejabat senior AS mengatakan, fokusnya adalah tentang mencoba mengatur pagar pembatas dalam hubungan yang tegang antara kedua negara.
"Kami melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa itu adalah pertemuan yang profesional dan substantif dan kami akan membicarakan beberapa masalah yang sangat serius, tetapi tidak ada keinginan dari pihak Amerika Serikat untuk membuat tontonan publik," kata pejabat itu.
Media China juga mengatakan pemeirntah akan menggunakan pertemuan itu untuk membahas kerja sama dengan AS. Namun, pertemuan itu kemungkinan akan menyentuh berbagai masalah dengan keduanya tidak setuju dalam segala hal mulai dari kedaulatan Taiwan hingga invasi Rusia ke Ukraina.
China yang mengklaim Taiwan sebagai wilayahnya telah meningkatkan aktivitas militer di dekat pulau itu selama dua tahun terakhir. Beijing menanggapi kolusi antara Taipei dan Washington.
Biden bulan lalu mengatakan, AS akan terlibat secara militer jika China menyerang Taiwan. Meskipun Gedung Putih mengklarifikasi bahwa kebijakan AS tentang masalah ini tidak berubah dan Washington tidak mendukung kemerdekaan Taipei. AS telah lama memiliki kebijakan ambiguitas strategis tentang apakah akan membela Taiwan secara militer.
Tahun ini, Washington memperingatkan bahwa Beijing tampaknya siap membantu Moskow dalam perangnya melawan Kiev. Namun sejak itu, para pejabat AS telah mengatakan, sementara mereka tetap waspada tentang dukungan lama China untuk Rusia secara umum, dukungan militer dan ekonomi yang dikhawatirkan belum terjadi, setidaknya untuk saat ini.
China tidak mengutuk serangan Rusia dan tidak menyebutnya sebagai invasi, tetapi telah mendesak solusi yang dinegosiasikan. Beijing dan Moskow telah tumbuh lebih dekat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pada Februari, kedua belah pihak menandatangani kemitraan strategis yang luas. Kerja sama ini bertujuan untuk melawan pengaruh AS dan mengatakan bahwa mereka tidak akan memiliki bidang kerja sama yang sesuai.