REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Israel berencana untuk membangun taman nasional baru seluas hampir 1 juta dunam atau 247 ribu hektare di wilayah pendudukan Tepi Barat. Israel Hayom melaporkan, rencananya taman itu akan membentang dari pemukiman ilegal Yahudi Kochav Hashahar di timur laut Yerusalem dan Gush Etzion.
Rencananya, sejumlah tempat wisata seperti Biara Mar Saba, Masjid Nabi Musa dan reruntuhan istana Hasmonean, serta hotel akan berada di dalam taman. Daerah yang dikenal sebagai E1 di sebelah timur Yerusalem telah lama dianggap sebagai garis merah untuk solusi dua negara yang didukung secara internasional.
“Kami ingin mendirikan taman nasional baru, yang belum pernah terlihat di Yudea dan Samaria (wilayah pendudukan Tepi Barat) dan membuat satu jaringan, satu produk,” ujar Direktur Jenderal Regional, Keren Geffen, dilansir Middle East Monitor, Selasa (14/6).
Pengumuman itu muncul, setelah Kementerian Pertahanan Israel menyetujui kembali rencana untuk memajukan proyek pemukiman kontroversial di area E1 di Tepi Barat awal bulan ini. Sebelumnya pada Januari, Pemerintah Israel menarik rencana pembangunan taman karena tekanan internasional.
Administrasi Sipil tentara Israel, yang mengesahkan pekerjaan konstruksi di Tepi Barat, menerbitkan agenda pertemuan pada 18 Juli guna membahas proyek yang telah menerima persetujuan awal. Dua rencana pembangunan di wilayah E1 dengan total 3.412 unit rumah adalah satu-satunya proyek yang akan berjalan.
Sebelumnya, Israel akan membangun cagar alam baru di wilayah pendudukan Tepi Barat. Tepatnya di atas tanah pribadi milik warga Palestina yang diambil paksa di selatan Jericho.
Ini adalah cagar alam terbesar yang dibangun oleh Israel sejak Perjanjian Oslo 1993. Juru bicara Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas, Nabil Abu Rudeineh mengecam langkah Israel tersebut. Israel telah mengambil paksa 22 ribu dunum tanah Palestina oleh Israel untuk membangun cagar alam tersebut. Abu Rudeineh, mengatakan, beberapa desa juga telah disita oleh Israel.
I