Kamis 16 Jun 2022 00:40 WIB

Pasien yang Kepercayaannya Larang Transfusi Darah Akhirnya Bisa Jalani Operasi Jantung

Operasi jantung tanpa dukungan transfusi darah merupakan tindakan berisiko.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Reiny Dwinanda
Ruang operasi (ilustrasi). Seorang pasien di AS berhasil dioperasi jantung tanpa membutuhkan transfusi darah.
Foto: pixabay
Ruang operasi (ilustrasi). Seorang pasien di AS berhasil dioperasi jantung tanpa membutuhkan transfusi darah.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Seorang pemadam kebakaran di Amerika Serikat akhirnya sembuh setelah dokter melakukan tindakan berisiko dengan memenuhi permintaannya untuk melakukan operasi jantung tanpa dukungan transfusi darah. Pasien yang merupakan pengikut Saksi-Saksi Yehuwa itu beralasan ajaran kepercayaannya melarang transfusi darah.

Setelah operasi itu berhasil dilakukan, dokter menilai operasi minim darah dapat menjadi alternatif yang aman bagi pasien yang tidak ingin atau tidak dapat menerima transfusi darah selama pembedahan. Direktur Pembedahan Aorta Mount Sinai Health System di New York, Ismail El-Hamamsy, mengatakan bahwa bloodless surgery membantu individu menerima operasi yang mereka butuhkan ketika mereka tidak dapat atau memilih tidak menerima darah, baik sel darah merah dan putih, trombosit, atau plasma.

Baca Juga

"Melakukan operasi jantung tanpa kehilangan darah memiliki tujuan utama untuk menghindari pemberian produk darah luar atau produk koagulasi," ujar El-Hamamsy kepada Fox News, dikutip, Rabu (15/6/2022).

 

El-Hamamsy mengatakan, selama operasi jantung minim darah, dokter menggunakan teknik bedah yang teliti dan prosedur inovatif untuk meminimalkan kehilangan darah selama pembedahan dan menghindari kebutuhan untuk transfusi. Ahli bedah keturunan Mesir itu mengatakan, selain memberikan ketenangan kepada pasien seperti itu, ada penelitian yang menunjukkan bahwa pasien yang tidak menerima transfusi darah memiliki pemulihan lebih baik daripada mereka yang menerima transfusi darah meskipun sedikit.

 

Menurut para ahli di Johns Hopkins Medicine Center for Bloodless Medicine and Surgery di Baltimore, Maryland, penelitian menunjukkan bahwa pasien yang tidak menerima transfusi darah pulih lebih cepat. Mereka juga lebih sedikit yang mengalami infeksi dan memiliki masa rawat inap yang lebih pendek daripada mereka yang menerima transfusi darah.

 

Pakar kesehatan mengatakan, menghormati keyakinan agama pasien untuk tidak menerima transfusi saat mencoba menyelamatkan hidup mereka adalah keadaan sulit yang harus dihadapi seorang dokter. El-Hamamsy mengatakan, ini adalah dilema pelik yang dihadapi ahli bedah.

 

"Saya tahu seorang rekan yang telah mengalaminya dan mereka harus membiarkan pasiennya pergi dan itu adalah pasien di mana satu atau dua unit pada dasarnya akan menyelamatkan hidup mereka," katanya.

 

El-Hamamsy mengatakan, operasi minim darah melibatkan pembicaraan ekstensif dengan pasien dan anggota keluarga sebelum prosedur dimulai. Hal itu penting untuk memastikan semua ada jika transfusi darah diperlukan dan keputusan hidup dan mati harus dibuat demi mengikuti keinginan pasien.

 

El-Hamamsy belum lama ini dihadapkan pada dilema ketika Pete Cutrer, seorang petugas pemadam kebakaran berusia 42 tahun yang merupakan pengikut Saksi-Saksi Yehuwa didiagnosis menderita aneurisme aorta, suatu kondisi yang dapat menyebabkan kematian instan jika tak diobati. Kepercayaan Cutrer melarangnya menerima transfusi darah.

 

"Ini operasi jantung. Hal-hal bisa terjadi dan jika itu terjadi dalam kasus ini, ibaratnya seperti melompat dari pesawat tanpa parasut, kita tidak dapat memasang parasut meskipun kita tahu itu tersedia. Persoalannya, kita bisa memanfaatkannya," ujarnya.

 

Cutrer, seorang suami dan ayah dari seorang anak laki-laki berusia 16 tahun, membutuhkan operasi jantung. Akan tetapi, ia mengaku sulit untuk menemukan seorang ahli bedah yang sangat terampil yang dapat mengatasi aneurismanya dan juga dilatih untuk mencegah kehilangan darah selama operasi demi mencegah kebutuhan transfusi.

 

"Dokter ini perlu memiliki pengetahuan terkini tentang teknik konservasi darah. Seseorang yang dapat menawarkan strategi untuk mengoptimalkan jumlah darah saya sebelum operasi dan strategi untuk membantu meminimalkan kehilangan darah selama operasi," kata Cutrer kepada Fox.

 

Cutrer menghubungi anggota jaringan global Saksi Jehovah untuk membantunya menemukan dokter dan rumah sakit yang spesialis dalam pengobatan minim darah. Dia terhubung dengan tim Dr El Hamamsy dari Mount Sinai.

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement