Kamis 16 Jun 2022 15:53 WIB

Suhu Otak Manusia Ternyata Bisa Capai 40 Derajat Celsius

Ada banyak faktor yang membuat suhu otak manusia bisa meningkat.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Ada banyak faktor yang membuat suhu otak manusia bisa meningkat.
Foto: www.freepik.com
Ada banyak faktor yang membuat suhu otak manusia bisa meningkat.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Istilah orang berkepala panas mungkin tak hanya merujuk pada sifat pemarah, tetapi juga memiliki makna harfiah. Alasannya, otak manusia memiliki suhu rata-rata yang cukup panas, bahkan bisa mencapai lebih dari 40 derajat Celsius.

Hal ini diketahui melalui sebuah studi yang dilakukan oleh tim peneliti di Medical Research Council (MRC) Laboratory for Molecular Biology. Melalui studi, tim peneliti melakukan analisis terhadap data mengenai suhu otak dari dua kelompok partisipan.

Baca Juga

Salah satu kelompok ini terdiri dari para pasien yang sedang dirawat di ruang perawatan intensif dan baru saja menjalani pemindaian otak. Kelompok lainnya terdiri dari partisipan dengan kondisi sehat yang juga menjalani pemindaian otak.

Pengecekan suhu tubuh dan otak para partisipan dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu hari. Pengecekan suhu ini dilakukan pada pagi, siang, dan malam.

Secara keseluruhan, suhu otak rata-rata pada kedua kelompok partisipan adalah sekitar 101,3 derajat Fahrenheit atau sekitar 38,5 derajat Celsius. Suhu ini lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu tubuh yang diukur melalui mulut.

Dari pengukuran ini, peneliti juga menemukan banyak variabel terkait suhu otak. Secara umum, suhu otak cenderung lebih rendah di malam hari. Selain itu, suhu di area dalam otak juga tampak lebih tinggi dibandingkan suhu di dekat permukaan otak.

Wanita dan lansia juga cenderung memiliki suhu otak yang lebih tinggi. Berbagai temuan ini telah dipublikasikan dalam jurnal Brain.

Selama ini diyakini bahwa suhu otak yang tinggi dapat meningkatkan risiko komplikasi serius. Namun pada otak yang sehat, suhu otak bisa mencapai setinggi 105,62 derajat Fahrenheit atau 40,9 derajat Celsius tanpa adanya masalah.

Bahkan pada pasien dalam kondisi kritis, tim peneliti tidak menemukan adanya hubungan jelas antara suhu otak yang lebih tinggi dengan peluang hidup pasien. Hal yang tampak lebih prediktif terhadap harapan hidup pasien adalah perubahan suhu otak yang terjadi sepanjang hari.

"Ada alasan yang baik untuk meyakini bahwa variasi harian (suhu otak menurun di malam hari dan meningkat di siang hari) berkaitan dengan kesehatan otak dalam jangka panjang," ketua tim peneliti John O'Neill dari MRC Laboratory for Molecular Biology, seperti dilansir Gizmodo, Kamis (16/62022).

Bila hipotesis ini terbukti benar, tim peneliti mengatakan variasi suhu otak mungkin bisa menjadi sarana untuk mendiagnosis gangguan otak dengan lebih baik di masa mendatang. Suhu otak juga mungkin bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki terapi.

Temuan dalam studi ini, lanjut tim peneliti, juga mengindikasikan bahwa variasi suhu otak bergantung pada banyak faktor. Beberapa di antaranya adalah waktu siang dan malam, area otak, hingga jenis kelamin, dan usia.

Melalui studi ini, tim peneliti juga dapat memetakan suhu otak secara empat dimensi. Peta suhu otak ini mereka namai dengan Heatwave.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement