Kamis 16 Jun 2022 18:51 WIB

Studi: Kerusakan Otak Bantu Orang Terbebas dari Kecanduan Rokok

Bagian otak yang saling berhubungan tampak menjadi penyebab kecanduan.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Kampanye berhenti merokok (Ilustrasi). Tim peneliti menemukan bahwa penyebab kecanduan ada pada bagian otak yang saling terhubung.
Foto: Prayogi/Republika
Kampanye berhenti merokok (Ilustrasi). Tim peneliti menemukan bahwa penyebab kecanduan ada pada bagian otak yang saling terhubung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil pemindaian otak dari perokok yang secara kebetulan berhenti setelah mengalami kerusakan otak, seperti strok, menunjukkan daerah tertentu pada otak yang saling berhubungan sebagai penyebab kecanduan. Hal itu terungkap melalui penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), satu dari 14 orang Amerika Serikat mengatakan memiliki gangguan penyalahgunaan zat. Perawatan yang ada mungkin tidak memadai, dan dapat mencakup beberapa kombinasi obat-obatan, psikoterapi, dan perawatan yang lebih invasif, seperti mengirimkan impuls listrik ke otak.

Baca Juga

Tim di balik penelitian berharap temuan mereka dapat membuka jalan bagi perawatan baru yang ditargetkan atau optimalisasi perawatan yang sudah ada. Seorang ahli saraf di University of Turku, Finlandia, Juho Joutsa dan rekan penulis studi mengatakan salah satu masalah terbesar dalam kecanduan adalah kita tidak benar-benar tahu bagian otak mana yang harus menjadi target pengobatan.

"Kami berharap setelah ini, kitamemiliki gagasan yang sangat bagus tentang wilayah dan jaringan tersebut," kata Joutsa dan tim dilansir Insider, Kamis (16/6/2022).

Para ilmuwan memeriksa 129 pemindaian otak secara total dari dua kelompok perokok nikotin yang menderita cedera otak, termasuk strok, dan kemudian secara kebetulan berhenti merokok. Untuk melihat apakah temuan ini berlaku terhadap gangguan penggunaan zat lainnya, tim memeriksa pemindaian 186 orang lebih lanjut dengan alkoholisme yang memiliki cedera otak dan berhenti minum dan melihat pola yang sama.

Ini bisa berarti daerah otak yang saling berhubungan mendasari gangguan penggunaan zat lain. Meskipun demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi hal ini.

Seorang profesor emeritus psikiatri di University of Pennsylvania, yang tidak terlibat dalam penelitian ini, Thomas McLellan mengatakan dirinya percaya penelitian tersebut bisa menjadi salah satu publikasi paling berpengaruh tidak hanya tahun ini, tetapi juga dasawarsa. Mantan wakil direktur Kantor Kebijakan Pengendalian Narkoba AS, mengatakan temuan itu menghilangkan begitu banyak stereotip yang masih melingkupi bidang kecanduan.

"Kecanduan kerap dikaitkan dengan pola asuh yang buruk, kepribadian yang lemah, dan kurangnya moralitas," kata McLellan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement