Kamis 16 Jun 2022 19:58 WIB

Rusia: Pasokan Senjata ke Ukraina Sia-Sia

Pasokan senjata ke Ukraina hanya akan menyebabkan kerusakan lebih parah.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Seorang anggota keamanan tim penyelamat medis membersihkan senjatanya di wilayah oblast Donetsk, Ukraina timur, Sabtu, 4 Juni 2022. Pemerintah Rusia memperingatkan Barat agar tidak terus memasok persenjataan ke Ukraina.
Foto: AP/Bernat Armangue
Seorang anggota keamanan tim penyelamat medis membersihkan senjatanya di wilayah oblast Donetsk, Ukraina timur, Sabtu, 4 Juni 2022. Pemerintah Rusia memperingatkan Barat agar tidak terus memasok persenjataan ke Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia memperingatkan Barat agar tidak terus memasok persenjataan ke Ukraina. Moskow menilai, hal itu sia-sia dan hanya akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut di Ukraina.

Hal tersebut disampaikan saat Presiden Prancis Emmanuel Macron, Kanselir Jerman Olaf Scholz, dan Perdana Menteri Italia Mario Draghi berkunjung ke Kiev. “Saya berharap para pemimpin ketiga negara itu, dan presiden Rumania, tidak hanya fokus mendukung Ukraina dengan lebih lanjut memompa Ukraina dengan senjata. Itu sama sekali tidak berguna dan akan menyebabkan kehancuran lebih lanjut pada negara tersebut (Ukraina),” kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada awak media, Kamis (16/6/2022).

Baca Juga

Alih-alih menyuplai senjata, Peskov berharap para pemimpin negara-negara tersebut justru menyadarkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky tentang keadaan Ukraina saat ini. “Mari berharap mereka akan mendorong Presiden Zelensky untuk benar-benar melihat keadaan,” ucapnya.

Olaf Scholz, Emmanuel Macron, dan Mario Draghi tiba di Ukraina dengan menggunakan kereta api pada Kamis pagi waktu setempat. Presiden Rumania Klaus Iohannis kemudian bergabung dengan mereka di pinggiran kota Irpin, Kiev.

Kunjungan empat pemimpin negara Eropa itu terjadi saat Ukraina sedang mendorong agar ia memperoleh status kandidat resmi untuk bergabung dengan Uni Eropa. Akhir pekan lalu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen telah terlebih dulu mengunjungi Ukraina. Dia mendiskusikan tentang pencalonan Ukraina menjadi anggota Uni Eropa.

“Dengan Presiden Zelensky, saya akan mempertimbangkan pekerjaan bersama yang diperlukan untuk rekonstruksi (Ukraina) serta kemajuan yang dibuat oleh Ukraina di jalur Eropa-nya,” kata von der Leyen lewat akun Twitter pribadinya pada 11 Juni lalu.

Pada April lalu, Zelensky telah secara resmi menyerahkan kuesioner lengkap tentang keanggotaan di Uni Eropa kepada Kepala Delegasi Uni Eropa untuk Ukraina Matti Maasikas. Kala itu, Zelensky mengatakan, Ukraina bisa memperoleh status kandidat dalam beberapa pekan mendatang. “Hari ini adalah salah satu tahapan bagi negara kami untuk bergabung dengan Uni Eropa, aspirasi yang diusahakan dan diperjuangkan rakyat kami,” kata Zelensky pada 18 April lalu.

Zelensky yakin, Ukraina akan mendapatkan dukungan dan menjadi kandidat untuk aksesi. “Setelah itu, berikutnya, tahap final akan dimulai. Kami yakin prosedur ini bakal berlangsung dalam beberapa pekan mendatang dan itu akan positif bagi sejarah rakyat kami, mengingat harga yang harus dibayar di jalan menuju kemerdekaan serta demokrasi,” ucapnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement