REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam sejarah umat manusia, pembunuhan pertama yang terjadi di muka bumi dipicu sifat hasad yang dilakukan Qabil saat membunuh saudaranya, Habil. Apa itu hasad dan bagaimana bisa sifat itu begitu berbahaya bagi keutuhan umat?
Pengasuh Pesantren Al Hikam, Depok Jawa Barat, KH Yusron Al-Hikam menjelaskan bahwa definisi hasad itu adalah menginginkan nikmat yang diterima orang lain. Dalam bahasa Arab, makna hasad dibagi menjadi dua, yakni iri dan dengki.
"Kalau iri itu menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain, sedangkan dengki ini levelnya sudah lebih tinggi. Dia ingin menghilangkan nikmat yang diterima orang lain," kata Gus Yusron saat dihubungi Republika.co.id, beberapa hari lalu.
Namun demikian beliau menjelaskan, sikap iri terbagi menjadi dua. Ada iri yang berkonotasi baik seperti iri terhadap orang alim dan orang kaya yang memanfaatkan ilmu serta hartanya di jalan Allah SWT, dan ada pula iri yang berkonotasi buruk. Iri dalam konotasi buruk, kata dia, diistilahkan sebagai sesuatu yang berbahaya dan dapat menjadi haliqatuddin (mencukur agama).
Hal itu sebagaimana yang disampaikan Rasulullah SAW mengenai bahaya hasad dan iri dengki. Gus Yusron menjelaskan, dosa pertama yang dilakukan setan adalah karena bersifat dengki kepada Nabi Adam AS.
Yang mana hal itu telah mencukur gundul agama atau pengetahuan setan terhadap Allah SWT.
Baca juga: Neom Megaproyek Ambisius Arab Saudi, Dirikan Bangunan Terbesar di Dunia
"Jadi sifat dengki itu bagaikan api yang menghabisi kayu. Agama kita bisa gundul jika kita ikut terseret dalam jeratan hasad," kata dia.
Menurut Gus Yusron, hasad dapat memasuki relung hati orang yang beriman. Biasanya hal ini dikarenakan adanya obsesi terhadap sesuatu dan tidak menyukai apabila ada pesaing. Dari sinilah apabila terus diikuti, maka dikhawatirkan orang tersebut tidak bisa mengalahkan kebenciannya.
Selanjutnya, beliau menjelaskan, hasad juga dapat memasuki relung jiwa manusia apabila dia disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat. Beliau mengutip pernyataan Imam Ghazali yang pernah mengatakan bahwa jika orang tidak memiliki kesibukan, maka dia pasti memiliki waktu untuk berbuat keburukan.