Senin 20 Jun 2022 03:41 WIB

Pertamina Efisiensi 2,2 Miliar Dolar AS di Tengah Harga Minyak Dunia Tinggi

Sepanjang 2021, Pertamina telah melakukan pengeboran 12 sumur eksplorasi.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Friska Yolandha
Di tengah tantangan harga minyak mentah yang terus melambung tinggi, PT Pertamina (Persero) memperkuat strategi keuangan dan upaya operasional guna meningkatkan efisiensi di seluruh lini bisnis, baik holding maupun subholding mulai dari hulu, pengolahan sampai hilir.
Foto: ANTARA/M Risyal Hidayat
Di tengah tantangan harga minyak mentah yang terus melambung tinggi, PT Pertamina (Persero) memperkuat strategi keuangan dan upaya operasional guna meningkatkan efisiensi di seluruh lini bisnis, baik holding maupun subholding mulai dari hulu, pengolahan sampai hilir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di tengah tantangan harga minyak mentah yang terus melambung tinggi, PT Pertamina (Persero) memperkuat strategi keuangan dan upaya operasional guna meningkatkan efisiensi di seluruh lini bisnis, baik holding maupun subholding mulai dari hulu, pengolahan sampai hilir. Dari strategis bisnis tersebut, selama tahun 2021 Pertamina berhasil melakukan optimalisasi biaya sebesar 2,21 miliar dolar AS.

Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini memaparkan efisiensi itu diperoleh dari program penghematan biaya (Cost Saving) 1,36 miliar dolar AS. Kemudian penghindaran biaya (Cost Avoidance) sebesar 356 juta dolar AS, serta tambahan pendapatan (Revenue Growth) sekitar 495 juta dolar AS.

Baca Juga

Ia menjelaskan Pertamina mengembangkan berbagai kebijakan dan strategi bisnis dari sisi keuangan maupun operasional. "Hal ini dilakukan sebagai upaya menghadapi tantangan harga minyak dunia yang melonjak signifikan," katanya dalam keterangan pers, Ahad (19/6/2022).

Dari sisi finansial, Pertamina menerapkan program optimalisasi biaya di seluruh Pertamina Group. Optimalisasi ini meliputi penghematan biaya (Cost Saving), penghindaran biaya (Cost Avoidance), dan peningkatan pendapatan.

Paralel dengan upaya penghematan, Pertamina juga menjalankan program lindung nilai (hegding) untuk manajemen risiko pasar. Selain itu, perseroan juga melakukan sentralisasi pengadaan, prioritas belanja modal dan manajemen aset dan liabilitas untuk menurunkan biaya atau beban bunga (cost of fund).

“Kami berupaya mengoptimalkan seluruh biaya serta mengelola aspek finansial perusahaan, agar dapat menekan biaya termasuk memprioritaskan proyek-proyek yang memiliki hasil cepat,” ungkapnya.

Selain, memperketat finansial, menurut Emma, Pertamina juga menerapkan strategi operasional dalam rangka meningkatkan pendapatan. Cara ini sebagian besar telah dijalankan oleh anak usaha Pertamina, yakni enam subholding.

Di bisnis hulu, Pertamina terus meningkatkan produksi dan lifting Migas untuk memanfaatkan momentum naiknya harga minyak. Hasilnya, produksi minyak naik 4 persen dan lifting minyak menjadi 3 persen.

"Kinerja positif dari operasional hulu tersebut, disumbangkan dari Blok Rokan dan aset luar negeri serta upaya konsisten menjaga tingkat produksi melalui pengeboran sumur dan penemuan sumber daya," ungkapnya.

Sepanjang 2021, Pertamina telah melakukan pengeboran 12 sumur eksplorasi dan 350 sumur eksploitasi. Pada tahun yang sama, temuan cadangan (2C) telah mencapai 486,70 MMBOE, dan tambahan cadangan terbukti (P1) mencapai 623,47 MMBOE.

Di pengolahan dan petrokimia, pada tahun 2021 Pertamina menerapkan strategi optimasi crude and product. Hal ini telah berkontribusi pada peningkatan yield of value produk sekitar 3 persen.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement