REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan masalah utama dalam krisis Ukraina adalah rencana Barat untuk memperluas cakupan Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Hal itu dia sampaikan saat dia menerima kunjungan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev ke Teheran, Ahad (19/6/2022).
“Masalah utama dengan Ukraina adalah Barat mencoba untuk memperluas NATO, dan bahwa mereka tidak akan ragu untuk memperluas pengaruh mereka di mana pun mereka bisa,” kata Khamenei, dikutip laman kantor berita Iran, Islamic Republic News Agency (IRNA).
Khamenei mengatakan perkembangan di Ukraina harus terus dipantau dan dicermati. Hal itu karena Amerika Serikat (AS) dan Barat selalu berusaha memperluas pengaruh mereka di berbagai wilayah, termasuk di Asia Timur dan Asia Barat. Menurut Khamenei, Barat kerap mengincar kemerdekaan dan kedaulatan negara lain.
Akhir pekan lalu, Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan negara anggota kelompok G7 akan terus memberikan dukungan dan bantuan kepada Ukraina selama hal itu diperlukan. Dia mengisyaratkan menolak keberhasilan Presiden Rusia Vladimir Putin mengontrol Ukraina.
“Kami (G7) akan terus mendukung Ukraina selama diperlukan. Kami ingin memastikan bahwa perhitungan Presiden Rusia (Vladimir Putin) tidak berhasil,” kata Scholz dalam sebuah wawancara dengan kantor berita Jerman, DPA, yang diterbitkan Sabtu (18/6/2022).
Menurut Scholz, Putin pasti berharap peperangan akan segera berakhir setelah Rusia menguasai cukup banyak wilayah di Ukraina dan komunitas internasional kembali ke urusan seperti biasa. “Itu adalah ilusi,” ujar Scholz.
Konflik di Ukraina telah berlangsung sejak 24 Februari lalu. Menurut PBB, pertempuran telah menyebabkan setidaknya 5 juta warga Ukraina mengungsi ke negara-negara tetangga. Sementara di internal Ukraina, diperkirakan 8 juta warga kehilangan tempat tinggal. Hingga kini belum ada tanda-tanda Moskow dan Kiev akan menyepakati gencatan senjata atau mengakhiri peperangan.