REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Demi memiliki gigi dengan warna lebih cerah, sebagian orang termakan iklan pasta gigi pemutih. Rupanya, dokter gigi tidak merekomendasikan pemakaian produk tersebut karena alasan yang sangat mendasar.
Dokter gigi kosmetik Sahil Patel menjelaskan penggunaan pasta gigi pemutih bisa berisiko. Pendiri Marylebone Smile Clinic di London, Inggris, itu mengatakan sebagian produk tidak memiliki dasar penelitian yang kuat.
"Merek yang dapat memutihkan gigi dalam satu kali pemakaian tampaknya terlalu bagus untuk menjadi kenyataan, dan efeknya sering kali berumur pendek," kata Patel, dikutip dari laman Express.co.uk, Selasa (21/6/2022).
Memang ada produk bebas yang dapat dibeli tanpa menemui dokter gigi, dengan kandungan pemutih ringan yang disebut PAP. Patel mengatakan pemutih bentuk baru itu tidak tunduk pada aturan peroksida di Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Inggris.
Patel mengatakan produk menunjukkan beberapa manfaat jangka pendek untuk memutihkan gigi, namun penelitian masih dilakukan tentang efek jangka panjang dan keamanannya. Produk itu tidak berbahaya, tetapi menurut Patel lebih baik pergi ke dokter gigi jika ingin memutihkan gigi.
Jika seseorang ingin memutihkan gigi ke dokter gigi, ada beberapa opsi yang bisa dipilih. Pertama, menempelkan nampan khusus selama beberapa waktu yang memberikan paparan konsentrasi peroksida tertentu sehingga pasien bisa mendapatkan gigi yang lebih putih.
Perubahan warna pada gigi terjadi secara bertahap, selama pemakaian nampan pemutih sekitar dua pekan. Cara lain adalah dengan penggunaan komposit dan veneer porselen. Masing-masing bertahan enam hingga delapan tahun dan 10-15 tahun.
Terkait produk pembersih gigi, Patel menyampaikan secara garis besar ada empat jenis pasta gigi. Tersedia pasta gigi yang mengandung fluoride, tidak mengandung fluoride, mengandung fluoride namun ditujukan untuk pemilik gigi sensitif, dan pasta gigi dengan kandungan pemutih.