REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dorongan untuk terus berkontribusi dalam penangan krisis iklim menjadikan transisi menuju energi yang ramah lingkungan, menjadi salah satu cara terbaik dalam mendukung dekarbonisasi. Presiden Joko Widodo juga menegaskan komitmen Indonesia dalam pemenuhan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060. Tahun 2022 Indonesia memegang Presidensi G20 yang mana transisi energi berkelanjutan menjadi salah satu isu prioritas.
Fokus utama Indonesia dalam Nationally Determined Contribution yaitu penurunan emisi karbon ditargetkan mencapai 29 persen pada 2030. Dengan cara mengurangi secara signifikan penggunaan energi atau BBM berbasis fosil, dan selanjutnya mengoptimalkan pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT), utamanya bagi sektor transportasi dan sektor industri.
Dalam rangka mendukung kebijakan pemerintah tersebut, National Battery Research Institute (NBRI) tergerak untuk berkontribusi dalam kemajuan riset baterai di Indonesia. Sejak memulai kegiatannya pada Januari 2020, NBRI telah melakukan berbagai kegiatan antara lain Focus Group Discussion (FGD), NBRI lectures, Millennials Talks, dan Joint Webinars dengan berbagai institusi, universitas, industri, komunitas, baik dari lingkup nasional maupun internasional.
“Salah satu program yang bergengsi adalah International Conference on Battery for Renewable Energy and Electric Vehicles (ICB- REV 2022) yang digelar selama 3 hari yakni 21 hingga 23 Juni 2022,” kata Prof Dr rer Nat Evvy Kartini, Pendiri National Battery Research Institute dalam sambutannya pada ICB-REV 2022 yang digelar secara daring, Selasa (21/6/2022).
Dengan mengusung tema “Akselerasi agenda transisi energi global melalui teknologi baterai revolusioner, energi terbarukan, dan kendaraan listrik”, International Conference on Battery for Renewable Energy and Electric Vehicles menawarkan platform untuk mempertemukan dan mendiskusikan ide-ide penelitian inovatif dan mendorong kolaborasi dalam bidang baterai dari hulu ke hilir dari para ahli baik lokal maupun internasional. ICB-REV juga menjadi ajang bagi pemerintah, peneliti, industri, millenial, dan semua golongan masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap baterai, rnergi terbarukan, dan kendaraan listrik.
Melalui event ICB-REV2021, NBRI memberikan kesempatan kepada peserta tidak hanya mendengarkan. Namun, juga mempresentasikan gagasan mereka, serta mendaftarkan paper mereka di jurnal internasional.
Menurut Prof Evvy, baterai menjadi komponen penting untuk mencapai target zero emisi dan mendukung mobil listrik di Indonesia. Karena itu NBRI sebagai sebuah lembaga yang menjalankan riset baterai terus berupaya mendorong Indonesia mandiri energi melalui kolaborasi dengan industri dan lembaga riset lainnya. “Targetnya pada 2024 kami membangun kampus baterai untuk melakukan pendidikan dan latihan tentang baterai,” kata dia dalam keterangannya yang diterima Republika.co.id, Selasa (21/6/2022).
NBRI sendiri merupakan platform yang menyatukan ilmuwan, akademisi, mitra industri, pemerintah, dan semua pemangku kepentingan yang fokus pada teknologi baterai dan energi terbarukan. Tujuan utamanya adalah mendorong dan mendukung industri pembuatan baterai yang menggunakan sumber daya lokal, yang akan memungkinkan Indonesia mandiri dalam energi.
“Visi kami untuk NBRI adalah mengumpulkan semua pemangku kepentingan Indonesia dalam penelitian dan produksi baterai, untuk membantu membentuk penelitian baterai nasional yang kuat dan meningkatkan visibilitas penelitian baterai di tingkat pemerintah,” tukas Prof Evvy.
ICB-REV2022 menghadirkan sejumlah narasumber antara lain, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN Ratno Nuryadi, Ir Agus Tjahajana Wirakusumah (Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral), Prof BVR Chowdari (Direktur Regional IUMRS), Prof Bambang PS Brodjonegoro (Co-Chair T20 Presidensi G20 Indonesia), Prof Colin Grant (Vice Principal of International, Queen Mary University of London), Komjen Pol (Purn) Nanan Sokarna (Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia), dan lainnya.
Terdapat 43 institusi, 8 pembicara utama,16 pembicara pleno, 8 pembicara tamu, dan 21 kontributor lisan yang terlibat dalam ICB-REV2022 ini. Dari ratusan makalah yang ada, 36 persen tentang electric vehicles, 21 persen tentang renewable energy, dan 43 persen tentang battery.
“Bagi National Battery Research Institute tentu ini merupakan sebuah kehormatan, bahwa ide untuk dapat menyuarakan pentingnya pengetahuan tentang baterai diapresiasi oleh semua kalangan masyarakat serta mendapat dukungan dari sektor Industri, mitra kita di dalam dan luar negeri, serta pemerintah,” tegas Prof Evvy.
Terbangunnya dialog konstruktif diharapkan dapat menjadi sarana transfer ilmu pengetahuan khususnya bagi Indonesia dalam memperkuat sektor baterai. “Kami juga berharap melalui ICB-REV2022 semua partisipan mendapatkan informasi yang first-hand dari para expert guna memupuk kesiapan kita untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) serta realisasi percepatan kendaraan listrik,” ucap Prof Evvy Kartini.
Senada juga disampaikan Kepala ORNM BRIN Ratno Nuryadi. Dalam kata pengantarnya, dia menyebut, bahwa penelitian terkait baterai di Indonesia sangat menarik. Mengingat baterai adalah energi masa depan.
“BRIN juga melakukan riset dan pengembangan SDM soal baterai. Ada riset grup, ada nano teknologi dan material,” katanya.
Menurutnya, ada peluang kolabrisasi riset baterai antara BRIN dan lembaga riset lainnya baik nasional maupun level internasional. Apalagi, BRIN sendiri memiliki banyak periset yang fokus pada masalah baterai dan energi terbarukan.
BRIN akan terus berupaya mendorong sejumlah pihak untuk tidak akan sekadar fokus membuat kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBBL) pengganti mobil konvensional tetapi juga akan face to face dengan pemain-pemain global yang sudah jauh lebih established pada sektor ini.