Selasa 21 Jun 2022 14:09 WIB

Apa yang Terjadi pada Jutaan Baterai Mobil Setelah Masa Pakainya Habis?

Baterai mobil listrik yang habis akan menjadi masalah di kemudian hari.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Baterai litium (ilustrasi)
Foto: Newatlas
Baterai litium (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mengendarai kendaraan listrik (EV) adalah langkah menuju masa depan yang lebih hijau. Meskipun baterai adalah inti dari setiap EV, sebagian besar terbuat dari lithium-ion dan memiliki masa pakai terbatas yang mulai menurun sejak pertama kali Anda mengisi dayanya.

Jadi apa yang terjadi ketika mereka mencapai kapasitas? Dilansir dari Slash Gear, Selasa (21/6/2022), siklus pengisian dan pemakaian menyebabkan baterai kehilangan energi dan daya. Semakin banyak siklus pengisian daya yang dilalui baterai, semakin cepat baterai akan terdegradasi.

Baca Juga

Setelah baterai mencapai 70 atau 80 persen dari kapasitasnya, yang terjadi sekitar lima hingga delapan tahun atau setelah 100.000 mil (sekitar 160.934,4 km) mengemudi, baterai harus diganti, menurut Science Direct.

Karena popularitas kendaraan listrik yang meningkat, tidak perlu dikatakan lagi bahwa limbah baterai mereka akan menjadi masalah utama. Para ahli memperkirakan bahwa 12 juta ton baterai akan dibuang pada 2030, menurut laporan The Guardian. Teka-teki yang dimiliki produsen dan konsumen adalah bahwa meskipun dapat didaur ulang, tidak ada fasilitas yang cukup untuk menanganinya.

Sampai saat ini, hanya ada empat pusat daur ulang lithium-ion di Amerika Serikat. Jumlah ini harus tumbuh secara eksponensial dalam beberapa tahun ke depan karena pakar industri memperkirakan akan ada 85 juta kendaraan listrik di jalan pada 2030. 

Daur ulang itu rumit

Mendaur ulang aki mobil adalah proses yang sulit dan berbahaya yang melibatkan pemisahan baterai untuk mengekstrak logam di dalamnya. Untuk melakukannya, pendaur ulang biasanya menggunakan dua teknik: pirometalurgi dan hidrometalurgi. 

Pirometalurgi,, metode yang disukai, menghancurkan baterai dan kemudian proses pembakaran mengeluarkan logam. Dengan hidrometalurgi, baterai direndam dalam asam untuk memisahkan logam. Dengan salah satu metode, ada risiko emisi asap beracun atau ledakan langsung. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement