Selasa 21 Jun 2022 22:30 WIB

Museum Kolonial Inggris Tetap Bertahan di Hong Kong

Bryan Ong melestarikan barang yang menceritakan kisah kolonial Inggris di Hong Kong

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Kota Hong Kong
Foto: asianranking.com
Kota Hong Kong

REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Bryan Ong telah mengemban misinya untuk melestarikan barang-barang yang menceritakan kisah masa lalu kolonial Inggris di Hong Kong. Pria berusia 42 tahun ini telah mengumpulkan memorabilia kolonial sejak masih kecil dan tahun lalu membuka Museum Victoria City untuk memamerkan harta karunnya. Tempat ini tetap berjalan terlepas dari meningkatnya permusuhan antara China dan Inggris, sebagian didorong oleh warisan kolonial.

"Apakah itu baik atau buruk, itu adalah bagian dari sejarah Hong Kong," kata Ong.

Museum dua lantai ini menampilkan medali militer, lencana, potret kerajaan, perangko, uang kertas, kliping koran, dan selebaran pemerintah kolonial. Tempat ini pun berfungsi ganda sebagai toko suvenir.

Nenek Ong memberinya medali tentara Gurkha Inggris yang berbasis di Hong Kong sebagai hadiah ketika dia masih kecil, menginspirasi ketertarikannya pada sejarah kota. Bendera Inggris yang terbakar sebagian dari pertempuran Perang Dunia II di Hong Kong, ketika pasukan Jepang merebut kota itu, adalah salah satu barang museum yang paling berharga.

Era kolonial Hong Kong berakhir pada 1 Juli 1997, setelah 156 tahun. Momen ini menandai kembalinya China sebagai bagian integral dari wilayahnya yang terlalu lama dipisahkan dari daratan akibat desain kolonialis.

Setelah protes pro-demokrasi pada 2019, China bergerak untuk menindak perbedaan pendapat dan menegaskan otoritasnya atas kota itu. Menurut Inggris upaya tersebut bertentangan dengan perjanjian penyerahannya yang berlangsung hingga 2047, yang memicu teguran keras dari China.

China memberlakukan undang-undang keamanan nasional di kota itu pada  2020 diikuti dengan reformasi untuk menghapus dari jabatan publik siapa pun yang dianggap tidak setia. Pendidikan, media, dan sektor lainnya semakin ditekan untuk menunjukkan patriotisme dan dukungan untuk kepemimpinan Beijing.

Ong mengatakan dia tidak khawatir tentang lingkungan politik yang cepat berubah. "Saya seorang pemuda Hong Kong. Bukan orang Inggris," kata Ong.

Menurut Ong, dia tidak berpikir museumnya akan mengganggu pihak berwenang. "Kami akan mencoba yang terbaik untuk melestarikan barang-barang kuno Hong Kong. Tetap tenang dan berjalan," ujarnya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement