Rabu 22 Jun 2022 15:02 WIB

Menu Awal MPASI, Dokter: Jangan Paksa Bayi Makan Serat

Dokter menganjurkan serat sebatas diperkenalkan pada bayi yang baru memulai MPASI.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Nasi tim ayam untuk MPASI. Sampai usia dua tahun, serat hanya boleh diperkenalkan, bukan kewajiban untuk ada dalam makanan bayi.
Foto: Republika/Santi Sopia
Nasi tim ayam untuk MPASI. Sampai usia dua tahun, serat hanya boleh diperkenalkan, bukan kewajiban untuk ada dalam makanan bayi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Masih banyak orang tua yang menganggap penting memberikan menu awal makanan pendamping air susu ibu (MPASI) yang kaya serat, termasuk dari buah dan sayur. Padahal, di awal pengenalan makan, setidaknya sampai usia dua tahun, serat hanya boleh diperkenalkan, bukan kewajiban.

Dr Harun Albar SpA mengatakan, dahulu serat mungkin lebih digaungkan, namun sekarang ditemukan itu justru kontraproduktif dengan penyerapan asupan penting. Pada usia enam bulan ke atas, protein hewani lebih dianjurkan bagi tumbuh kembang anak.

Baca Juga

"Ilmu pengetahuan itu terus berkembang. Kalau dulu serat digaungkan, sekarang kontraproduktif sama mineral karena 1.000 hari pertama kehidupan anak itu fokus ke otak, sebisa mungkin asupan masuk semua ke otak, jadi jangan paksa makan serat," kata dr Harun dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip Rabu (22/6/2022).

Dr Harun juga mengingatkan orang tua agar menekan risiko anak terkena infeksi. Sebab, saat tubuh anak harus melawan infeksi, maka asupan yang seharusnya diperuntukan bagi pertumbuhan malah dipakai melawan infeksi.

Serat juga bisa menghambat penyerapan kalsium, fosfor, dan seng dalam tubuh anak. Menurut penelitian, DNA manusia juga terdiri dari sebagian besar protein hewani maka penyerapan sumber hewani ini jauh lebih cepat dari nabati.

Mengonsumsi protein hewani dan nabati dalam waktu bersamaan boleh saja. Namun, mana yang lebih bagus? Penelitian terakhir menunjukan protein hewani lebih bagus untuk masa pertumbuhan. Tingkat penyerapannya mencapai 20 kali lipat oleh tubuh dibandingkan protein dari sumber tumbuhan.

"Karena dari struktur animal kingdom, biologi manusia lebih mirip dengan hewan dibanding tanaman. Misalnya telur dan jamur dikonsumsi bersamaan, hewani diserap 20 kali lipat besoknya sudah jadi kalori, sedangkan jamur masih terkatung-katung sampai dua hari baru dicerna," kata dr Harun.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement