Rabu 22 Jun 2022 23:26 WIB

Kemarau Basah, Warga Kuningan Diminta Waspada Bencana dan Penyakit

Bupati Kuningan ingatkan cuaca ekstrem berpotensi ciptakan bencana dan penyakit

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bupati Kabupaten Kuningan Acep Purnama. Acep mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sejak akhir Mei hingga saat ini, terjadi perubahan dinamika cuaca berupa suhu laut di perairan Jawa masih hangat. Selain itu, masih terjadinya fenomena La Nina yang menyebabkan suplai penguapan dan massa udara lebih banyak sehingga potensi awan hujan juga banyak terbentuk.
Foto: Republika/Edi Yusuf
Bupati Kabupaten Kuningan Acep Purnama. Acep mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sejak akhir Mei hingga saat ini, terjadi perubahan dinamika cuaca berupa suhu laut di perairan Jawa masih hangat. Selain itu, masih terjadinya fenomena La Nina yang menyebabkan suplai penguapan dan massa udara lebih banyak sehingga potensi awan hujan juga banyak terbentuk.

REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN -- Sejak akhir Mei 2022, kemarau basah melanda berbagai wilayah di Pulau Jawa, termasuk Kabupaten Kuningan. Masyarakat pun diimbau untuk tetap mewaspadai terjadinya bencana maupun ancaman penyakit.

Apel kesiapsiagaan menghadapi musim kemarau basah di Kabupaten Kuningan pun digelar di Pandapa Paramarta, Rabu (22/6). Apel dipimpin langsung oleh Bupati Kuningan, Acep Purnama.

Acep mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sejak akhir Mei hingga saat ini, terjadi perubahan dinamika cuaca berupa suhu laut di perairan Jawa masih hangat. Selain itu, masih terjadinya fenomena La Nina yang menyebabkan suplai penguapan dan massa udara lebih banyak sehingga potensi awan hujan juga banyak terbentuk.

‘’Maka dari itu, sampai saat ini masih cukup sering terjadi hujan, khususnya di wilayah Kabupaten Kuningan dan sekitarnya. Kondisi ini tidak hanya di Jawa Barat, melainkan merata hampir seluruh pulau Jawa dan sering juga disebut dengan kemarau basah,’’ ujar Acep.

Kemarau basah merupakan kemarau dengan curah hujan diatas rata-rata normal dan masih sering turun hujan.

Acep menyebutkan, kondisi masih cukup seringnya turun hujan itu diperkirakan berlangsung hingga Agustus mendatang. Untuk itu, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi cuaca ekstrem, seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir.

Potensi cuaca ekstrem itu bisa menyebabkan terjadinya bencana hidrometeorologi, seperti banjir dan lainnya. 

Sedangkan dari sisi lingkungan, Acep juga meminta masyarakat mewaspadai kejadian pohon tumbang. Pasalnya, cuaca ekstrem berupa hujan lebat dan angin kencang rawan mengakibatkan pohon tumbang.

"Karena itu, masyarakat diimbau mendeteksi lingkungan masing-masing, adakah pohon yang tinggi, pohon rimbun atau sudah tua? Itu mohon agar dipangkas untuk mengantisipasi tumbang," tukas Acep.

Acep menambahkan, pada musim kemarau basah juga biasanya terjadi hujan cukup deras. Untuk itu, masyarakat harus memperkuat genting atau atap rumah dan membersihkan saluran-saluran di lingkungan.

"Jangan membuang sampah tidak pada tempatnya karena itu akan menyumbat saluran yang ada di lingkungan kita. Apalagi membuang sampah di sungai, itu sangat tidak boleh," tegas Acep.

Acep juga mengimbau masyarakat Kabupaten Kuningan agar memperkuat ketahanan tubuh pada musim kemarau basah. Dengan demikian, mereka tidak mudah sakit.

Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan, Indra Bayu Permana, menambahkan, sesuai prediksi dari BMKG beberapa bulan lalu, bahwa musim hujan di Kabupaten Kuningan sebenarnya berlangsung sampai pertengahan Mei. Dengan demikian, pada Juni ini sudah masuk musim kemarau.

"Tetapi perkembangan informasi dari BMKG, pada Juni ini pun masih banyak hujan. Oleh karena itu, kami mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai bencana dan memperkuat ketahanan tubuh masing-masing, di antaranya dengan tidur yang cukup," tukas Indra.

Selain itu, lanjut Indra, masyarakat juga dianjurkan untuk berolah raga atau kegiatan untuk kebugaran tubuh serta menjaga pola makan dan mengkonsumsi makanan sehat. Dengan demikian, mereka tidak mudah terserang penyakit.

Berdasarkan data Pusdalops BPBD Kabupaten Kuningan, bencana yang diawali dengan hujan lebat masih kerap melanda wilayah tersebut. Terakhir, terjadi longsor di Dusun Singkup, Desa Padamulya, Kecamatan Maleber, Senin (20/6) pukul 15.00 WIB.

Longsor terjadi pada tebing setinggi empat meter dan menimpa halaman belakang rumah warga bernama Ubed (40). Selain itu, longsor juga terjadi pada tembok penahan tanah lingkungan dan mengancam dua rumah warga. Beruntung, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement