REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Ribuan nelayan di Kecamatan Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, tidak bisa melaut sejak sepekan terakhir. Hal itu diakibatkan mereka kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar bersubsidi dan Pertalite.
"Di Desa Pantai Bahagia saja, ada 1.500 nelayan yang pendapatannya menurun drastis karena tidak bisa melaut lantaran tidak mendapatkan BBM bersubsidi," kata Sekretaris Desa (Sekdes) Pantai Bahagia Ahmad Qurtubi saat ditemui di Muaragembong, Kabupaten Bekasi, Rabu (29/6/2022).
Dia mengatakan, nelayan di wilayahnya biasanya membeli BBM di SPBU Batujaya, Kabupaten Karawang. Namun, saat ini, pengelola SPBU tidak bisa melayani mereka karena mengalami kelebihan pembeli dari sektor pertanian di wilayahnya.
Baca: Membawa Pulang Puluhan Manuskrip Ulama Nusantara dari Perpustakaan Leiden
"Di Muaragembong tidak ada SPBU, jadi nelayan biasanya beli BBM bersubsidi di Batujaya Karawang, nah sekarang mereka kesulitan melaut karena tidak bisa mendapatkan BBM," kata Qurtubi.
Pihaknya sebenarnya sudah mengajukan surat permohonan pembangunan SPBU khusus untuk nelayan kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi dan Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) yang rencananya berlokasi di Desa Pantai Bahagia atau Desa Pantai Mekar. Sayangnya, hingga kini, pembangunan SPBU belum terealisasi.
"Nelayan yang menggunakan perahu jenis ketinting butuh lebih 10 liter Pertalite per hari, kalau yang pakai perahu jenis jukung butuh 30 sampai 40 liter solar per hari, makanya kami minta supaya dibangun SPBU khusus untuk nelayan, karena tidak bisa melaut akan berdampak pada pendapatan nelayan," kata Wurtubi.
Camat Muaragembong Lukman Hakim membenarkan, di wilayahnya masih belum ada SPBU. Kondisi itu pun menjadi salah satu penyebab ribuan nelayan sulit melaut jika tidak bisa mendapat pasokan BBM bersubsidi dari SPBU Batujaya, Kabupaten Karawang.
"Surat permohonan pembangunan SPBU akan kami sampaikan kembali ke Pak Pj (Penjabat) Bupati Bekasi, drafnya sudah ada. Jadi memang alasan utamanya karena nelayan kesulitan mendapatkan BBM solar bersubsidi," kata Lukman.