Kamis 30 Jun 2022 14:26 WIB

Seluruh Pihak Diminta Pahami Konsekuensi Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20

Gelombang penolakan bergema di media sosial.

Rep: Afrizal Rosikhul Ilmi/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Piala Dunia U-20 2023 Indonesia.
Foto: DOK PSSI
Piala Dunia U-20 2023 Indonesia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali merespons isu penolakan tim nasional Israel yang akan berlaga di Piala Dunia U-20, tahun depan. Skuat polesan Ofir Haim meraih tiket ini setelah lolos ke semifinal Piala Eropa U-19 2022.

Dengan demikian, Ilay Madmon dan rekan-rekan dipastikan berlaga di Indonesia nantinya. Muncul pro dan kontra mengenai hal itu. Sorotan lebih terarah ke pihak yang menolak, baik itu melalui pernyataan di media, maupun lewat tulisan di jagat maya.

Baca Juga

Akmal menegaskan, kelolosan Israel berdasarkan prestasi hasil kualifikasi FIFA (Asosiasi Sepak Bola Dunia). Dalam hal ini melalui Piala Eropa U-19. Ia berharap semua pihak melihat fakta tersebut.

"Karena itu lolosnya Israel ke Piala Dunia, jangan dikaitkan dengan masalah politik mereka. Apalagi FIFA menentang keras mencampuradukkan politik dengan sepak bola," kata Akmal kepada republika.co.id, Rabu (29/6/2022).

Ia menerangkan politik dan sepak bola, dua hal berbeda. Indonesia, lanjut dia, tidak bisa melarang Israel ambil bagian di kompetisi seperti Piala Dunia. Hanya FIFA yang memiliki kewenangan.

Tugas pemerintah dan PSSI, kata Akmal, menjamin semua peserta bisa datang dan berlaga dengan rasa aman tanpa terkena intimidasi. Ia berharap marsyarakat tanah air lebih bijak membaca situasi. Khususnya bagi pihak yang menolak kehadiran Tomer Tzarfati dkk.

"Pemerintah harus menjamin, tampilnya Israel di Piala Dunia tidak dipolitisasi. Apalagi Piala Dunia 2023 berdekatan dengan momen Pemilu 2024. Jangan sampai Piala Dunia 2023 dijadikan ajang "jualan" politik praktis. Ini bahaya. Justru kita harus menjadikan sepakbola sebagai alat pemersatu antar bangsa. Football for unity," kata dia.

Gelombang penolakan bergema di media sosial. Bahkan akun medsos asosiasi sepak bola Israel diserbu netizen tanah air. Menteri Pemuda dan Olahraga, Zainudin Amali telah mendinginkan suasana.

Menurut Akmal, harus ada tindakan nyata dari panitia pelaksana untuk memberi edukasi kepada masyarakat. Isinya mengenai aturan yang diberlakukan FIFA tentang posisi semua negara di sepak bola. "Kampanye football for unity, football for friendship, football witout violence harus terus digencarkan," ujarnya.

Pengamat sepak bola, Mohamad Kusnaeni turut bereaksi. Ia melihat dari berbagai sisi. Ia memahami kebatinan pihak yang menolak kehadiran delegasi Israel di tanah air. Kemudian Indonesia juga tidak memiliki hubungan diplomasi dengan negara tersebut. 

Hanya saja, dari perspektif olahraga, kehadiran timnas Israel tak bisa dihindari. Itu konsekuensi yang harus dijalankan ketika bertindak sebagai tuan rumah. Panitia harus menerima siapa pun yang berhak lolos ke putaran final Piala Dunia U-20.

Ia menyarankan semua stageholder terkait harus mensosialisasikan konsekuensi tersebut. Baik itu prinsip-prinsip dalam olahraga secara universal, juga kewajiban menjadi tuan rumah. "Atau akhirnya kita membatalkan kesempatan menjadi tuan rumah. Menurut saya, sayang bangat, karena kita sudah melakukan persiapan sedemikian rupa. Jadi Lakukan sosialisai sebaik mungkin, buat masyarakaat memahami bahwa ini olahraga, terpisah dengan politik," kata Kusnaeni kepada republika.co.id

Ia juga meminta pihak berwenang benar-benar memperhatikan faktor keamanan delegasi peserta. FIFA, lanjut dia, pasti fokus menyikapi isu ini. Tentunya setelah ada gambaran lengkap semua tim yang hadir.

Andai Indonesia memutuskan tidak menjadi tuan rumah, maka berpotensi menerima konsekuensi lanjutan. Salah satunya mendapat sanksi FIFA. Kemudian, peluang tanah air menjadi tuan rumah pada ajang-ajang berikutnya, bisa terkubur.

"Bahkan yang paling bahaya, kita disanksi tidak boleh ikut event internasional. Sangat mungkin terjadi," ujar Bung Kus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement