Jumat 01 Jul 2022 00:27 WIB

Rumah Zakat Berkolaborasi dengan BKKBN Launching Gerakan Orangtua Asuh Peduli Stunting

Kabupaten Gunungkidul menjadi penyumbang 20 persen kasus stunting di Provinsi DIY.

Rumah Zakat Berkolaborasi dengan BKKBN memberikan bantuan PMT untuk warga yang kurang mampu yang beresiko tinggi stunting.
Foto: Rumah Zakat
Rumah Zakat Berkolaborasi dengan BKKBN memberikan bantuan PMT untuk warga yang kurang mampu yang beresiko tinggi stunting.

REPUBLIKA.CO.ID, GUNUNGKIDUL -- Rumah Zakat Berkolaborasi dengan BKKBN memberikan bantuan PMT untuk warga yang kurang mampu yang beresiko tinggi stunting. Pemberian bantuan tersebut secara simbolis di serahkan langsung kepada penerima manfaat oleh Hasto Wardoyo, Senin (27/6/2022).

Kasus stunting (gagal tumbuh pada anak balita) di Gunungkidul masih tinggi. Bahkan pada data tingkat nasional, Kabupaten Gunungkidul menjadi penyumbang 20 persen kasus stunting di Provinsi DIY.

Baca Juga

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengatakan, angka stunting di Indonesia saat sekarang sebesar 24,4 persen. Ditargetkan pada 2024 persentasenya bisa turun menjadi 14 persen di tingkat nasional.

“Di DIY masih 17 persen, tapi itu ya angka mendekati 14 persen. Targetnya kita 14 persen,” kata Hasto usai menghadiri acara peluncuran program Gerakan Orang Tua Asuh Peduli Stunting di Balai Padukuhan Ngalangombo, Dadapayu, Semanu, Senin.

Kepala BKKBN ini menyampaikan, terkait kasus stunting BKKBN Pusat akan terus konsentrasi di daerah- daerah yang masih terlalu tinggi seperti Kabupaten Gunungkidul. “Gunungkidul ini kan masih 20 persen, sehingga masih di atas rata-rata DIY,” ujarnya.

Kalau kasus stunting di Gunungkidul bisa turun, kata dia, persentase kasus di Provinsi DIY bisa mencapai angka 14 persen. Menurutnya, proporsi penduduk Bumi Hadayani cukup besar, kemudian angkanya juga tinggi.

“Maka kita memfokuskan daerah Gunungkidul untuk membantu DIY agar 14 persen,” ucapnya.

Strategi menurunkan kasus bagaimana, lanjutnya, pencegahan stunting tidak butuh biaya mahal. Bisa memanfaatkan makanan lokal kaya protein hewani seperti walang, laron, enthung atau unkrung. Selain itu, pemenuhan gizi bisa didapat dari ikan lele, telur atau daging ayam. Serta bekerja sama dengan lembaga sosial dan masyarakat untuk bersama sama menjadi orangtua asuh peduli stunting.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement