Senin 04 Jul 2022 10:18 WIB

Saham Big Cap Amblas, Reli Penurunan IHSG Berlanjut

Semua sektor anjlok dengan sektor transportasi menjadi yang terdalam anjloknya.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas kebersihan melintasi layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (24/6/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahan pada perdagangan awal pekan ini, Senin (4/7/2022). IHSG dibuka melemah ke posisi 6.782,85 dan terus terpangkas hingga lebih dari satu persen.
Foto: ANTARA/Akbar Nugroho Gumay
Petugas kebersihan melintasi layar digital pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (24/6/2022). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahan pada perdagangan awal pekan ini, Senin (4/7/2022). IHSG dibuka melemah ke posisi 6.782,85 dan terus terpangkas hingga lebih dari satu persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahan pada perdagangan awal pekan ini, Senin (4/7/2022). IHSG dibuka melemah ke posisi 6.782,85 dan terus terpangkas hingga lebih dari satu persen. 

Semua sektor mengalami penurunan dengan sektor transportasi menjadi yang terdalam kejatuhannya yaitu di atas 3 persen. Selanjutnya menyusul sektor teknologi yang mengalami koreksi sebesar 2,05 persen. 

Baca Juga

Beberapa saham berkapitalisasi jumbo terpantau mencatatkan penurunan yang dalam. ARTO turun sebesar 6,45 persen, GOTO terkoreksi 5,41 persen, BUKA melemah 3,01 persen serta BBRI dan BBCA melemah lebih dari 1 persen.

Phillip Sekuritas Indonesia memproyeksi IHSG masih berpotensi melemah. Reli pelemahan IHSG diperkirakan masih akan berlanjut setelah 5 hari beruntun selalu berakhir di zona negatif. 

Pelemahan IHSG terjadi di tengah naiknya bursa utama Wall Street pada perdagangan akhir pekan lalu. Sementara indeks saham Asia pagi ini dibuka variatif (mixed) dengan HSI dan SSEC melemah serta N225 dan STI menguat. 

Lesunya pergerakan bursa saham disebut mendapat sentimen negatif dari data perekonomian AS. "Rilis data ekonomi AS terkini memberikan bukti pelemahan lebih lanjut di sektor penting dalam ekonomi AS," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya, Senin (4/7/2022).

Di pasar obligasi, imbal hasil (yield) turun tajam. Yield surat utang Pemerintah AS (US Treasury Note) bertenor 10 tahun turun 13 bps menjadi 2,88 persen setelah sempat mencapai 3,5 persen di pertengahan bulan Juni.

"Hal ini karena investor memprediksi bank sentral AS Federal Reserve akan menekan secara paksa tingkat inflasi hingga mendekati target 2 persen," tulis Phillip Sekuritas Indonesia.

Di pasar komoditas, harga minyak mentah naik di tengah gangguan pasokan dari Libia dan rencana aksi mogok kerja di sektor minyak dan gas Norwegia mulai 5 Juli.

Ke depan, menurut riset, fokus perhatian investor akan tertuju pada musim laporan keuangan kuartal II 2022, rilis data pasar tenaga kerja AS (Non-Farm Payrolls) untuk bulan Juni serta pertemuan kebijakan Federal Reserve akhir bulan ini.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement