Jumat 08 Jul 2022 19:05 WIB

Vaksin Covid-19 Universal Pfizer-BioNTech Siap Uji Klinis, Apa Bedanya dengan yang Dulu?

Vaksin universal dapat berikan perlindungan terhadap semua varian SARS-CoV-2.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Pfizer Covid-19. Pada pekan lalu, Pfizer-BioNTech mengumumkan bahwa kandidat vaksin Covid-19 universal milik mereka akan memasuki tahap uji klinis.
Foto: AP/Achmad Ibrahim
Vaksin Pfizer Covid-19. Pada pekan lalu, Pfizer-BioNTech mengumumkan bahwa kandidat vaksin Covid-19 universal milik mereka akan memasuki tahap uji klinis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kandidat vaksin Covid-19 universal yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech akan memasuki tahap uji klinis. Seperti namanya, vaksin ini dirancang untuk memberikan perlindungan terhadap semua varian SARS-CoV-2.

Kehadiran vaksin Covid-19 universal dinilai dapat menjadi solusi atas efikasi vaksin Covid-19 yang menurun akibat mutasi SARS-CoV-2. Sebagai contoh, dua dosis vaksin Covid-19 mRNA memiliki efektivitas sebesar 85 persen dalam mencegah risiko perawatan di rumah sakit akibat infeksi varian alpha dan delta. Akan tetapi, efikasi tersebut menurun jadi 65 persen pada infeksi varian omicron.

Baca Juga

Pada pekan lalu, Pfizer-BioNTech mengumumkan bahwa kandidat vaksin Covid-19 universal milik mereka akan memasuki tahap uji klinis. Proses ini diperkirakan akan dimulai pada paruh kedua 2022.

"Vaksin virus corona universal memiliki potensi untuk memberikan perlindungan yang lebih baik dari varian-varian SARS-CoV-2 yang akan datang dan virus corona lain yang berpotensi mengenai populasi manusia," jelas asisten profesor dari Center for Vaccines and Immunology di University of Georgia, Dr Jarrod Mousa, seperti dilansir Medical News Today, Jumat (8/7/2022).

Akan tetapi, seberapa universalnya vaksin ini masih diperdebatkan. Proses uji klinis nanti akan memberikan gambaran untuk mengetahui seberapa luasnya perlindungan vaksin universal ini.

"Mengingat ini akan menjadi vaksin virus corona universal, vaksin ini harus membantu melindungi kita dari kejadian spillover dari virus corona hewan (ke manusia) seperti yang kita lihat pada SARS, MERS, dan SARS-CoV-2," ungkap direktur medis dan penyakit menular dari program  Infection Control and Prevention (IPAC) di University of Kansas Health System, Dr Dana Hawkinson.

Dr Hawkinson tidak memberikan penjelasan rinci mengenai teknologi yang digunakan untuk mengembangkan vaksin universal ini. Akan tetapi, Dr Hawkinson mengungkapkan bahwa sekuensing genom, teknologi RNA dan DNA, serta teknologi molekuler lain mungkin digunakan dalam mengembangkan vaksin ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement