REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah telah memutuskan untuk menaikan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Terkait hal tersebut beberapa warga mengaku tidak setuju.
Taufik Hidayat (36 tahun) mengatakan sangat tak setuju jika ada kenaikan iuran BPJS per bulan. Sebab, pekerjaannya sekarang ini sebagai sopir ojek online atau daring sangat tidak menentu.
"Kita sebagai rakyat kecil sangat tidak setuju. Penghasilan saya setiap hari paling habis untuk biaya makan dan sekolah anak-anak. Kalau dinaikkan takut saya nggak bisa bayarnya," ujarnya di temui di kawasan Pejaten saat menunggu penumpang, Jakarta Selatan, Rabu (31/7).
Miftahur Rokhman (42) ia tidak setuju jika ada kenaikan besaran iuran lagi. Sebagai wirausaha yang penghasilannya tidak menentu setiap hari kenaikan tersebut sangat memberatkan. Terlebih, ia harus membayar iuran untuk lima anggota keluarganya.
"Kalau gambaran kebaikannya tahun 2016 saja segitu. Apalagi kenaikan yang sekarang. Kalau kenaikan iuran lebih dari setengah harganya, kalau kata pedagang itu buka naik tapi ganti harga,"ujar saat di temui di RSUD Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (31/7).
Sebaliknya, Ipul (39) yang sehari-harinya berdagang roti bakar di depan SMK Negeri 8 mengaku tak keberatan sama sekali dengan adanya biaya kenaikan iuran BPJS. Apalagi, ujarnya, jika keputusan itu untuk menutupi defisit yang terjadi. "Nggak apa-apa naik InsyaAlllah nanti ada rezeki,"ujarnya.