TANGERANG -- Ketika saya sedang berkumpul dengan teman beberapa hari lalu, salah seorang teman saya yang berprofesi sebagai guru di salah satu sekolah menengah kejuruan (SMK) mengeluhkan haknya yang belum diterima selama dua bulan terakhir ini.
Keterlambatan gaji guru honorer dari Januari sampai Februari menyebabkan 3.000 guru honorer di wilayah Tangerang tidak menerima hak mereka. Hal ini dibenarkan oleh Heru Harsono selaku ketua Honorer Kategori 2 (HK2) Kota Tangerang.
Disebutnya, belum dilunasinya hak ribuan guru honorer tersebut hanya perihal keterlambatan. Polemik gaji guru honorer belum juga terselesaikan. Ribuan pahlawan tanpa tanda jasa ini harus memutar otak ketika belum mendapatkan gaji.
Ada yang mencari sampingan sebagi tukang ojek, menjual makanan keliling, mengajar les tambahan di rumahnya, dan lain sebagainya. Mereka harus pintar-pintar mencari tambahan di luar jam kerja sebagai seorang guru demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Ini tidak bisa terus dibiarkan tanpa penyelesaian untuk menjawab keluh kesah para guru honorer. Pemerintah sebagai institusi yang mengatur urusan rakyat, harus segera menyelesaikan permasalahan ini agar tidak terus berlarut-larut.
Jika terus dibiarkan, akan berdampak pada kinerja guru. Bagaimana mereka bisa fokus mencetak generasi unggul jika kebutuhan dapurnya belum tercukupi? Alhasil, pikiran para guru honorer itu akan tercurah mencari solusi untuk memenuhi kebutuhan.
Bisa jadi, dengan mendengar dan melihat berbagai problem yang terus menimpa para guru ini, akan menyurutkan cita-cita generasi muda untuk tidak memiliki mimpi menjadi seorang guru. Jumlah guru di berbagai daerah tentu akan terus berkurang.
Intan Alawiyah, Tangerang, Jawa Barat