Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un. Jumat (15/3) menjadi salah satu hari berselimut duka.
Rentetan amunisi ditebar ke arah kaum muslimin yang melaksanakan shalat Jumat di dalam masjid Al Noor di Linwood, Christchurch, Selandia Baru. Tak kurang dari 49 orang tewas dan puluhan terluka. Brenton Tarran, sang pelaku, mengakui bahwa aksinya adalah bentuk terorisme dan dia adalah seorang fasis.
Ia juga telah menulis manifesto anti-Islam dan anti-imigran. Biadabnya, aksi tersebut ia rekam sendiri secara langsung dan diunggah di akun media sosialnya.
Kecaman dan doa bagi para korban pun mengalir deras dari berbagai belahan dunia. Perdana Menteri Selandia Baru mengatakan bahwa tidak ada tempat bagi tindakan teroris di wilayahnya bahkan di dunia. Meski disayangkan adanya sikap salah seorang senator Queensland Australia yang justru menyalahkan muslim.
Peristiwa penembakan ini telah membuka mata, bahwa tindakan terorisme tidak bisa dikaitkan dengan salah satu agama. Selama ini, tuduhan terorisme sering dialamatkan kepada Islam.
Nyatanya, justru kaum muslimin banyak menjadi korban. Di Irak, Palestina, Rohingnya, Suriah, Uighur, Bosnia, dan negara-negara lainnya kaum muslim telah menjadi sasaran aksi tindak teror yang mengerikan.
Islamofobia yang ditanamkan terhadap ajaran dan simbol-simbol Islam pada akhirnya menimbulkan tindakan di luar perikemanusiaan. Padahal jelas di dalam Alquran bahwa Allah mengutus Rasulullah sebagai rahmat bagi semesta alam (QS Al-Anbiya: 107) dengan ajaran Islam yang sempurna (QS AL Maidah: 3).
Oleh sebab itu, sudah saatnya umat Islam bersatu padu membela ajaran Islam. Bahwa Islam bukanlah ajaran kejam seperti yang disebarkan oleh orang-orang yang membenci. Sebaliknya justru dengan Islam-lah dunia akan mendapat kebaikan dan keberkahan dari langit dan bumi.
Wallahua’lam bishshowwab
Pengirim : Ruruh Anjar, Lampung