Salah satu makhluk sebelum Nabi Adam yang dikenal ketaatannya adalah Iblis. Iblis adalah makhluk yang diberikan keistimewaan panjang umurnya, ini sebagai permintaannya tatkala hendak diusir dari surga, ia berjanji akan menggoda semua manusia yang merupakan keturunan Nabi Adam agar menjadi bala tentaranya bahkan menjadi budaknya di Neraka.
Hal ini bermula tatkala Allah mengumumkan kepada para Malaikat maupun yang lain bahwa manusia sebagai penghuni bumi ini diberi kemampuan untuk mengetahui banyak nama-nama yang tak diberikan kepada Malaikat. Lantas Semua Malaikat diperintahkan untuk memberi sujud atau penghormatan kepada Nabi Adam, kemudian para Malaikat mengikuti perintah itu, kecuali Iblis yang membangkang dan merasa lebih tinggi derajatnya daripada Nabi Adam. Ia merasa lebih baik karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Sifat sombong inilah yang mengantarkan diri dan keturunannya akan mendekam di Neraka selamanya.
Yang berhak mempunyai rasa sombong merasa lebih diatas segalanya baik dalam ilmu, kekuasaan, kesempurnaan hanya pantas disandang oleh Tuhan yaitu Allah Dzat yang Maha Sempurna. Makhluk tak pantas menyandang sifat itu karena semua kelebihan dalam dirinya, semuanya atas anugerah yang diberikan Allah kepada-Nya.
Syeh Muhammad bin Abdul Karim dalam Mausuah al-Kisanzan mengutip perkataan Syeh Muhammad bin Ali al-Ilmi:
أُمَّهَاتُ اْلكِبْرِ أَرْبَعٌ : أَنَا، َلِيْ، عِنْدِيْ، نَحْنُ
Sumber kesombongan berawal dari empat hal ini: Saya (أَنَا), aku memiliki (لِيْ), saya mempunyai (عِنْدِيْ), kami (نَحْنُ).
Maksud penjelasan Syeh Muhammad bin Ali al-Ilmi adalah kesombongan berawal dari empat kata diatas yang intinya merasa dirinya lebih hebat, sifat keakuannya masih sangat melekat dalam badannya.
Pertama, Iblis merupakan orang yang pertama kali merasa sombong dengan menggunakan kata aku atau saya (أَنَا). Hal ini seperti dalam al-Qur’an Surat al-A’raf: 12 yang berbunyi:
قَالَ مَا مَنَعَكَ أَلَّا تَسْجُدَ إِذْ أَمَرْتُكَ ۖ قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ (12
Artinya: “Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.”
Kedua, Fir’aun merupakan raja Mesir atau yang dikenal dengan Ramses ke 2 yang bernama Walid bin Mus’ab. Ia dikenal sebagai orang yang pertama kali merasa sombong dengan menggunakan kata kepunyaanku atau aku memiliki (لِيْ). Hal ini seperti dalam al-Qur’an Surat al-Zukhruf: 51 yang berbunyi:
وَنَادَىٰ فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ وَهَٰذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن تَحْتِي ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ (51
Artinya: “Dan Fir’aun berseru kepada kaumnya (seraya) berkata: “Hai kaumku, bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah) sungai-sungai ini mengalir di bawahku; maka apakah kamu tidak melihat(nya)?”
Ketiga, Qarun merupakan orang yang pertama kali merasa sombong dengan menggunakan kata ada padaku atau saya mempunyai (عِنْدِيْ). Hal ini seperti dalam al-Qur’an Surat al-Qashas: 78 yang berbunyi:
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِن قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَن ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ (78
Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka.
Keempat, Kaumnya ratu Bilqis merupakan orang yang pertama kali merasa sombong dengan menggunakan kata kami (نَحْنُ). Hal ini seperti dalam al-Qur’an Surat al-Naml: 33 yang berbunyi:
قَالُوا نَحْنُ أُولُو قُوَّةٍ وَأُولُو بَأْسٍ شَدِيدٍ وَالْأَمْرُ إِلَيْكِ فَانظُرِي مَاذَا تَأْمُرِينَ (33
Artinya:”Mereka menjawab: “Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada ditanganmu: maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan”.
Dari sini menjadi jelas sebanyak apapun dosa yang dilakukan makhluknya niscaya Allah akan mengampuninya, tetapi bila seorang hamba ingin menyamai Tuhannya dengan sifat sombongnya seolah menandingi kekuasaannya maka ia akan celaka seperti yang dilakukan Iblis dan bala tentaranya.
Pengirim: Moh Afif Sholeh, Alumnus Pascasarjana Institut PTIQ Jakarta