Senin 11 Jul 2022 10:23 WIB

Muslim Ukraina Terjun Perang Sebagai Bentuk Jihad

Beberapa muslim Ukraina memutuskan tak akan melarikan diri, tetapi akan berjuang.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Komandan Pasukan Muslim Krimea bersiap latihan di Kyiv, Ukraina
Foto: REUTERS/Edgar Su
Komandan Pasukan Muslim Krimea bersiap latihan di Kyiv, Ukraina

REPUBLIKA.CO.ID, KOSTIANTYNIVKA -- Pada saat Rusia menyerbu, Mufti Said Ismahilov, yang berusia 43 tahun telah memutuskan untuk memperjuangkan negaranya. Pada akhir tahun lalu, ketika peringatan akan serangan yang akan segera terjadi semakin keras, Ismahilov mulai berlatih dengan batalion pertahanan teritorial setempat. Saat itu dia telah menjabat sebagai pemimpin pemuka agama selama 13 tahun.

Lahir dan dibesarkan di Donetsk di Ukraina timur, Ismahilov pernah melarikan diri dari Rusia pada 2014, ketika separatis yang didukung Rusia merebut kotanya. Dia akhirnya pindah ke pinggiran kota yang tenang di luar Kiev yang disebut Bucha.

Tapi, delapan tahun kemudian, Ismahilov kembali didatangi pasukan Moskow yang mencoba menyerang Kiev. Rasanya seolah-olah ancaman pendudukan Rusia tidak akan pernah berakhir.

"Kali ini saya membuat keputusan bahwa saya tidak akan melarikan diri, tetapi saya akan berjuang” kata Ismahilov di Kostiantynivka, sebuah kota yang dekat dengan garis depan di Ukraina timur dengan pertempuran semakin intensif.

Ismahilov mulai bekerja sebagai pengemudi militer untuk paramedis yang mengevakuasi yang terluka dari garis depan atau kota-kota yang terkepung. Ditugaskan mengemudi dalam kondisi yang sangat berbahaya, tetapi juga secara emosional mendukung mereka yang terluka parah, Ismahilov melihat pekerjaan barunya sebagai kelanjutan dari tugas spiritual di hadapan Allah.

“Jika Anda tidak takut dan Anda bisa melakukan ini, maka itu sangat penting. Nabi sendiri adalah seorang pejuang,” kata Ismaililov.

"Jadi saya mengikuti teladannya dan saya juga tidak akan lari, atau bersembunyi. Saya tidak akan memunggungi orang lain," ujarnya.

Ismahilov adalah salah satu dari puluhan Muslim Ukraina yang berkumpul di masjid Kostiantynivka untuk memperingati Idul Adha pada Sabtu (9/7/2022). Masjid itu sekarang menjadi masjid operasional terakhir yang tersisa di wilayah yang dikuasai Ukraina di Donbas.

Menurut Ismahilov, ada sekitar 30 masjid di wilayah itu secara total tetapi sebagian besar sekarang berada di tangan Rusia. Pekan lalu, Rusia merebut kota Lysychansk, benteng besar terakhir perlawanan Ukraina di provinsi timur Luhansk.

Muslim membentuk hampir satu persen dari populasi di Ukraina yang didominasi Kristen Ortodoks. Terdapat populasi Muslim yang besar di Krimea yang menjadi rumah bagi Tatar Krimea dan dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada 2014. Jumlah Muslim di wilayah itu melonjak menjadi 12 persen.

Ada juga komunitas Muslim yang cukup besar di Ukraina timur, hasil dari gelombang migrasi ekonomi karena kawasan industri. Banyak juga Muslim berimigrasi ke wilayah Donbas untuk bekerja di pertambangan dan pabrik.

Konflik pada 2014 memaksa banyak Muslim dari Krimea dan Donbas untuk pindah ke bagian lain negara itu dengan bergabung dengan komunitas Tatar yang sudah lama berdiri. Pilihan lainnya mereka membangun pusat-pusat Islam baru di samping mualaf Turki, Arab, dan Ukraina.

Tapi invasi telah memaksa banyak orang untuk melarikan diri sekali lagi. Masjid di Kostiantynivka digunakan untuk melayani penduduk Muslim lokal yang berjumlah beberapa ratus orang.

Beberapa penduduk setempat hadir dalam perayaan Idul Adha, setelah melakukan perjalanan ke barat bersama keluarga. Sebaliknya jemaah terdiri dari tentara atau petugas medis tempur dari unit yang berbeda, Tatar Krimea dan mualaf Ukraina dari Kharkiv, Kiev, dan Ukraina barat.

Dalam khotbahnya setelah sholat Idul Adha, Ismahilov mengatakan kepada jemaah, Idul Adhatahun ini memiliki makna simbolis di tengah perang. Dia meminta mereka untuk mengingat umat Islam yang tinggal di wilayah pendudukan, banyak yang kehilangan rumah dan beberapa masjid telah dihancurkan dengan penembakan.

Pengingat itu mengacu pada serangkaian penangkapan Tartar Krimea setelah pencaplokan 2014. Ismahilov mengatakan Muslim di wilayah pendudukan tidak merasa aman.

"Ada banyak ketakutan. … Perang berlanjut dan kami tidak tahu apa yang terjadi di wilayah pendudukan dan situasi apa yang dihadapi Muslim di sana” katanya.

sumber : AP
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement