Senin 11 Jul 2022 19:36 WIB

Pakar Sarankan Indonesia Kumpulkan Data Kasus Varian Omicron Beserta Turunannya

Hasil dari kumpulan data kasus Omicron sebaiknya diumumkan ke publik.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nora Azizah
Warga mengunjungi stan kuliner UMKM  saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Warga mengunjungi stan kuliner UMKM saat Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI dan Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Prof. Tjandra Yoga Aditama berharap agar Indonesia melakukan pengumpulan data terkait varian Omicron BA.2 dan turunannya. Setelah ada penelitian pun, diharapkan hasilnya dimumumkan ke publik.

Pasalnya, negara India yang dikenal sebagai negara yang pertama kali melaporkan varian Delta yang kemudian nyaris meluluh lantakkan dunia kesehatan, kembali melaporkan sub varian baru, yaitu BA.2.75, yang oleh sebagian pihak disebut sebagai “centaurus”. Badan ilmiah di India, “Indian SARS-CoV-2 Consortium on Genomics (INSACOG)” pada akhir minggu yang lalu melaporkan bahwa di negara itu BA.2 yang kini mendominasi.

Baca Juga

"Bagusnya Indonesia juga punya konsorsium genomik seperti India ya. Dan dari hasil laporan di India BA.4 dan BA.5 hanya ditemukan pada kurang dari 10 persen sampel mereka, sementara BA2.38 ada pada 30 persen sampelnya," ujar Tjandra dalam keterangan, Senin (11/7/2022).

Tjandra melanjutkan, memang sejauh ini belum ada kepastian tentang penularan dan berat ringannya dampak BA.2.75 serta kemungkinan menghindar dari sistem imun seseorang, hanya sejak dari India maka kini kasus sudah menyebar ke 10 negara. Data sementara yang ada menunjukkan bahwa BA.2.75 menunjukkan setidaknya 8 mutasi tambahan daripada BA.5 yang sekarang banyak di Indonesia.

Selain BA.2.75 yang memang suidah dalam monitoring WHO maka ada juga sub varian lain yang perlu dapat perhatian, antaranya adalah BA.5.3.1 yang disebut juga sebagai “Bad Ned” karena ada mutasi pada N:E136D. Otorita kesehatan Shanghai kemarin juga menyebut tentang BA.5.2.1 yang terdeteksi di Pudong, Shanghai.

"Semua perkembangan ini membuat kita perlu waspada. Kita berbesar hati dengan arahan Presiden Jokowi pada saat Idul Adha bahwa “baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan memakai masker adalah masih sebuah keharusan”. Arahan Presiden ini amat penting bukan saja karena memang perlindungan dengan masker memang amat penting, tetapi juga karena beberapa waktu yang lalu ada semacam “beda pendapat” sesudah Wakil Presiden juga menyebutkan tentang pemakaian masker di luar ruangan," tutur Tjandra.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement