REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mantan Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak memulai kampanyenya untuk menggantikan Boris Johnson sebagai ketua Partai Konservatif dan Perdana Menteri. Ia salah satu kandidat favorit.
Sebanyak 11 kandidat maju dalam perebutan kursi pemimpin pemerintahan Partai Konservatif setelah Johnson kehilangan dukungan dari partainya sendiri karena serangkaian skandal.
Kelompok yang menggelar pemilihan ketua Partai Konservatif di parlemen yang disebut komite 1922 mengatakan mereka membutuhkan setidaknya 20 nominasi dari 358 anggota parlemen untuk lolos dalam putaran pertama pemungutan suara yang digelar Rabu (13/7/2022).
Siapa pun yang menerima kurang dari 30 suara akan dieliminasi sebelum pemungutan suara berikutnya pada Kamis (14/7/2022). Demi mendapat dukungan dari rekan-rekan mereka, sebagian besar kandidat berjanji akan memotong pajak bila terpilih.
Menteri Transportasi Grant Shapps jadi kandidat pertama yang mundur. Ia memberikan dukungannya pada Sunak.
Keputusan Sunak mengundurkan diri mendorong puluhan anggota kabinet dan staf pemerintahan Johnson memberontak. Hal ini mendorong perdana menteri mengumumkan pengunduran diri pekan lalu.
Berbeda dari kandidat lainnya yang berjanji memotong pajak, Sunak memerankan kandidat serius yang berjanji "jujur" dan tidak memberikan "dongeng" melenakan.
"Tidak kredibel untuk menjanjikan banyak pengeluaran pemerintah dan pemotongan pajak," katanya, Selasa (12/7/2022).
Para kandidat yang lain menyerang rekam jejaknya setelah ia menaikan pajak ke tingkat tertinggi sejak 1950-an. Seorang anggota parlemen mengaku kritik rekam jejak Sunak beredar di grup Whatsapp anggota parlemen.
Siapa pun yang menang akan menghadapi tantangan yang berat. Inggris tengah menghadapi inflasi yang meroket, utang menggunung, dan pertumbuhan yang lambat. Keuangan masyarakat tertekan ke tingkat terburuknya dalam berpuluh-puluh tahun.
Sementara itu perang Rusia di Ukraina memicu krisis energi yang menaikan harga bahan bakar. Dalam isu imigrasi para kandidat unggulan berjanji mempertahankan kebijakan mengirimkan pencari suaka ke Rwanda, menunjukkan Partai Konservatif bergerak ke spektrum politik kanan dalam beberapa tahun terakhir.