Kamis 14 Jul 2022 19:03 WIB

Suhu di Shanghai Diperkirakan Naik Hingga 40 Derajat Celsius

Suhu di Shanghai diperkirakan akan naik sampai 40 derajat Celsius selama 24 jam.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Dwi Murdaningsih
Seorang pria melakukan tes PCR Coronavirus di jalan, di Shanghai, Cina, 12 Juli 2022. Kota Shanghai melaporkan lima kasus COVID-19 yang ditularkan secara lokal dan 54 infeksi tanpa gejala lokal, menurut laporan Komisi Kesehatan Shanghai. Karena penyebaran virus, lebih banyak komunitas yang dikunci lagi. Oleh karena itu kota akan memulai tiga hari wajib tes PCR massal di lebih dari setengah distrik hari ini.
Foto: EPA-EFE/ALEX PLAVEVSKI
Seorang pria melakukan tes PCR Coronavirus di jalan, di Shanghai, Cina, 12 Juli 2022. Kota Shanghai melaporkan lima kasus COVID-19 yang ditularkan secara lokal dan 54 infeksi tanpa gejala lokal, menurut laporan Komisi Kesehatan Shanghai. Karena penyebaran virus, lebih banyak komunitas yang dikunci lagi. Oleh karena itu kota akan memulai tiga hari wajib tes PCR massal di lebih dari setengah distrik hari ini.

REPUBLIKA.CO.ID, SHANGHAI -- Untuk ketiga kalinya musim panas ini, Shanghai mengeluarkan peringatan tertinggi untuk panas ekstrem. Suhu tinggi tampaknya akan menguji rekor di kota terpadat di China pada Kamis (14/7/2022).

Kota berpenduduk 25 juta tersebut mengumumkan peringatan merah yang menunjukkan suhu diperkirakan akan naik setidaknya 40 derajat Celsius selama 24 jam ke depan. Dalam sistem peringatan tiga tingkat, konstruksi dan pekerjaan luar ruangan lainnya harus dikurangi atau dihentikan di bawah peringatan merah.

Baca Juga

Shanghai telah mengeluarkan tiga peringatan merah dalam lima hari terakhir, meskipun itu adalah kejadian yang relatif jarang. Kota tersebut telah mengeluarkan 17 peringatan seperti itu sejak pencatatan dimulai pada 1873.

Pusat komersial dan industri terik karena suhu naik setinggi 40,9 derajat Celcius pada Rabu (13/7/2022). Laporan ini menyamai rekor yang ditetapkan pada akhir Juli 2017.

Cuaca panas bertepatan dengan pengujian massal untuk Covid-19 di beberapa distrik minggu ini di tengah wabah kecil. Kondisi ini meningkatkan panas bagi penduduk dan petugas kesehatan yang mengenakan pakaian Hazmat.

"Setelan ini sangat panas. Pakaian itu tidak pernah kering. Sepanjang hari mereka basah oleh keringat," kata Peng Lei yang bekerja di lokasi pengujian.

Beberapa penguji Covid-19 menempelkan botol air mineral beku ke pakaian Hazmat putih saat mereka bekerja. Sementara yang lain duduk di sebelah balok es besar untuk mendinginkan diri. Beberapa komunitas juga mulai menguji penghuninya di malam hari saat cuaca lebih dingin.

Separuh dari China telah terkena dampak luar biasa panas selama sebulan terakhir. Lembah Sungai Yangtze yang meliputi kota-kota besar dari Shanghai ke Chongqing telah mengalami gelombang panas selama seminggu terakhir. Sebanyak 84 peringatan merah diberlakukan di seluruh China, sebagian besar di lembah Yangtze, pada pukul 15:30 waktu setempat.

Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional mengatakan pada Kamis, dengan permintaan yang lebih tinggi untuk AC, beban daya maksimum China mencapai titik tertinggi sepanjang masa dengan 1,22 miliar kilowatt pada Selasa (12/6/2022). Perencana negara bagian mengatakan, melakukan segala upaya untuk memastikan pasokan energi selama periode permintaan puncak musim panas. 

sumber : reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement