REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM – Kelompok pemukim ilegal Israel menyerbu Masjid Al Aqsa pada Senin (18/7) pagi di bawah perlindungan Pasukan Khusus bersenjata lengkap dari tentara pendudukan.
Dilansir dari laman Middle east Monitor pada Selasa (19/7/2022), menurut administrator Tempat Suci, puluhan ekstremis Yahudi menyerbu Masjid Al Aqsa dari Gerbang Mughrabi tepat pukul tujuh.
Mereka menunjukkan bahwa kelompok-kelompok tersebut melakukan tur provokatif di sekitar halaman Al Aqsa dan kemudian pergi melalui Gerbang Al-Silsilah. "Banyak pemukim, melakukan ibadah ritual Talmud di dalam masjid," mereka mengonfirmasi.
Para pejabat Palestina mengatakan, pasukan pendudukan tidak mengizinkan penjaga masjid untuk mendekati para penyusup.
Mereka menambahkan bahwa jumlah pemukim meningkat selama hari libur Yahudi. Pada Ahad, misalnya, sekitar 340 pemukim ekstremis memasuki masjid.
Sementara pada April 2022 lalu, ratusan pemukim Yahudi juga menyerbu kompleks Masjid Al Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki. Padahal polisi Israel membatasi masuknya jamaah Palestina ke kompleks Masjid Al Aqsa.
Sebanyak 728 pemukim menyerbu kompleks itu di bawah perlindungan ketat dari polisi Israel. Serangan pemukim itu terjadi ketika polisi Israel membatasi masuknya jamaah untuk sholat Subuh di Masjid Al Aqsa.
Saksi mata mengatakan polisi menutup gerbang Kota Tua Yerusalem Timur dengan penghalang dan mencegah warga Palestina dari luar kota mengakses masjid.
Saksi mata mengatakan pembatasan itu kemudian dilonggarkan karena polisi menahan identitas beberapa jamaah.
Sementara itu, pada pekan lalu, Presiden Palestina Mahmoud Abbas membeberkan tindakan terbaru Israel terhadap tempat-tempat suci Kristen dan Muslim di Yerusalem yang diduduki kepada Paus Fransiskus. Dia menuturkan hal ini melalui panggilan telepon.
Abbas memberi penjelasan kepada Paus tentang serangan terhadap tempat-tempat suci Kristen dan Muslim, terutama di Gereja Makam Suci dan Masjid Al Aqsa.
Hingga pengusiran paksa warga Palestina dari rumah mereka di lingkungan Yerusalem Timur dan sabotase properti mereka, dan pembunuhan sehari-hari. Terutama terkait kasus pembunuhan jurnalis Al Jazeera Shireen Abu Akleh.