REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA–Wakil Ketua Umum (Waketum) Dewan Masjid Indonesia (DMI), Syafruddin, mengatakan Muslim perlu memikirkan kondisi Islam global saat ini dan masa depan.
Pernyataan ini dikatakannya dikatakannya saat menutup Konferensi Internasional Komunitas Masjid Asean Tahun 2022 di Gedung DMI, Jakarta, Rabu (20/7/2022).
"Hari ini kita berbicara masjid, itu adalah teknis, tapi pemikiran kita yang ada di balik tuan-tuan pasti berbicara tentang bagaimana Islam before, now and then," kata Syafruddin.
"Kita bicara masjid di mulut tapi pikirannya tentang apa sih yang terjadi, tentang my religion Islam in the world. Apa yang akan terjadi, will be, Islamic world atau Islamic global. Apa yang terjadi di Uighur, apa yang terjadi di Palestina, apa yang terjadi di India," tambahnya.
Dia mengaku sangat mengapresiasi konferensi Islam internasional yang baru beberapa waktu lalu digelar di Malaysia. Dalam pertemuan yang juga dia hadiri itu, ulama atau Muslim dari beragam negara hadir untuk membahas tentang kondisi Islam global, yang tidak dilakukan banyak organisasi Muslim di dunia.
Pertemuan itu disebutnya, selain melibatkan banyak negara, juga memberikan dampak besar. Bahkan gaungnya masih terus dibicarakan beberapa waktu setelah acara itu diselenggarakan.
"Perdana Menteri Malaysia, sangat keras berbicara tentang Islam di India. Sangat kencang beliau bicara tentang Islamofobia di India. Mengapa menjadi perhatian Islamofobia di India?, karena India adalah, to be, akan menjadi negara Islam terbesar di dunia. Sekarang masih Indonesia, masih 193 juta. Tapi India kira-kira dua atau tiga tahun akan menjadi 200 juta Muslim. Itulah keadaan Islam global yang perlu kita cermati," katanya.
Dia kemudian berharap agar hubungan umat Muslim Asean setelah setelah acara konferensi ini semakin erat. "Setelah kita selesai, kita kembali tuan-tuan kembali ke Malaysia, kawan-kawan yang zoom, mari kita berpikir mari kita eratkan hubungan silaturahim ke sesama umat Islam di negara-negara Asean," ujarnya.
"Baik itu di negara Asean yang Muslim majority ataupun Muslim minority, supaya masalah-masalah umat yang dihadapi bisa terselesaikan dengan baik," tambahnya. Alkhaledi kurnialam