Jumat 22 Jul 2022 04:00 WIB

Kisah Kesabaran Husain bin Ali RA, Cucu Nabi Muhammad SAW

Husain bin Ali RA adalah cucu Nabi Muhammad

Rep: Rossi Handayani/ Red: Muhammad Hafil
Kisah Kesabaran Husain bin Ali RA, Cucu Nabi Muhammad SAW. Foto:   Sahabat Nabi (Ilustrasi)
Foto: Republika
Kisah Kesabaran Husain bin Ali RA, Cucu Nabi Muhammad SAW. Foto: Sahabat Nabi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Cucu Nabi Muhammad ﷺ, Al-Hasan dan al-Husain senantiasa belajar makna kesabaran dari Rasulullah. Apabila ada di antara akhlak beliau yang belum mereka miliki, pasti akhlak tersebut akan diajarkan kedua orang tua mereka. 

Dikutip dari buku Hasan dan Husain the Untold Story karya Sayyid Hasan al-Husaini, kesabaran al-Husain bersenyawa dengan akhlak qurani dan firman Ar-Rahman. Mari simak penuturan para pakar etika dan akhlak tentang kesabaran dan budi pekertinya yang luhur. 

Baca Juga

Suatu hari seorang budak milik al-Husain melakukan pelanggaran yang mengakibatkan dirinya harus dihukum, Maka al-Husain pun memerintahkan agar ia dicambuk. Sebelum hukuman dilaksanakan, budak tersebut berkata: “Tuanku, (bukankah Allah berfirman) ‘dan orang-orang yang menahan amarahnya’.” 

Al-Husain berkata: “Lepaskan dia!” 

Budak itu berkata lagi: “Tuanku, (bukankah Allah berfirman) ‘dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” 

Al-Husain berkata: “Baiklah, aku memaafkanmu.” 

Budak itu berkata lagi: “Tuanku, (bukankah Allah berfirman) ‘dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” 

Al-Hasan berkata: “Aku memerdekakanmu semata-mata karena Allah, dan kamu mendapatkan uang dua kali lipat dari yang telah kuberikan.” (Rabi'ul Abrar)

Budak tersebut tahu betul betapa hati al-Husain sangat lekat dengan Alquran. Karena itu, ia mengingatkan tuannya tentang ciri-ciri hamba yang bertakwa: 

الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ

"(Yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Ali ‘Imran ayat 134) 

Teringat dengan ayat-ayat itu, al-Husain pun langsung mempraktikkan sifat-sifat orang takwa tersebut pada situasi seperti itu. Ia tidak mau dikuasai emosi, tetapi justru memaafkan dan berlaku baik kepada budaknya. Bahkan ia memerdekakan budak tersebut, semata-mata demi keridhaan Allah dan agar mendapatkan pahala yang berlipat ganda. 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْاٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ
Wahai anak cucu Adam! Janganlah sampai kamu tertipu oleh setan sebagaimana halnya dia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga, dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan aurat keduanya. Sesungguhnya dia dan pengikutnya dapat melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.

(QS. Al-A'raf ayat 27)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement