REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Pemerintah Korea Utara (Korut) baru-baru ini mengutuk pernyataan pejabat senior Gedung Putih Amerika Serikat tentang kemampuan serangan siber asal Pyongyang. Pemerintah Korut mengatakan akan terus menentang tindakan yang disebut agresi Amerika tersebut.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa Korea Utara pantas dicap sebagai "kelompok penjahat". Pernyataan itu mengungkapkan sifat sebenarnya dari kebijakan bermusuhan Amerika terhadap Korut.
Wakil Penasihat Keamanan Nasional Amerika untuk Cyber dan Teknologi Baru, Anne Neuberger, menuding Korut sebagai sindikat kriminal yang mengejar keuntungan saja. Anne menuduh Korut hanya berisi gerombolan penjahat dengan kedok sebuah negara.
Korut selama ini diduga memiliki ribuan peretas terlatih. Atas dasar itu, pencurian cryptocurrency telah menjadi sumber utama pendanaan untuk Korut yang terkena sanksi dan pelarangan program senjatanya.
"Bagaimanapun, pemerintah AS telah mengungkapkan gambaran sebenarnya dari kebijakan permusuhannya yang paling keji, yang pernah ditutupi di bawah tabir 'dialog tanpa kepentingan' dan 'keterlibatan diplomatik'," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korut dilansir dari kantor berita pada Ahad (24/7/2022).
Atas tuduhan tersebut, Pemerintah Korut memang bereaksi keras. Korut juga akan menganggap Amerika bukan sebagai negara, tapi satu-satunya kelompok penjahat di dunia.