REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) mendorong masyarakat berinisiatif melakukan tes Covid-19 saat merasa bergejala.
"Untuk menjaga keyakinan serta memastikan kondisi kesehatan masing-masing maka silakan aktif untuk melakukan tes Covid-19 ketika merasa bergejala," kata Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan dan Pembangunan Kependudukan Kemenko PMK, Agus Suprapto, ketika dihubungi dari Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Dia mengatakan, langkah untuk melakukan tes ketika merasa bergejala diperlukan sebagai salah satu bentuk kewaspadaan di tengah peningkatan kasus Covid-19 dan kemunculan subvarian baru omicron seperti BA.4 dan BA.5. "Mengingat saat ini terjadi peningkatan kasus Covid-19, maka masyarakat perlu tetap waspada, namun jangan sampai panik, tetap tenang dan silahkan melakukan tes bagi yang bergejala, terutama bagi mereka yang memiliki penyakit penyerta atau komorbid," kata dia.
Menurut dia, masyarakat yang memiliki komorbid perlu segera melakukan tes agar dapat segera ditangani jika memang terkonfirmasi positif Covid-19. Selain itu, pihaknya juga mengingatkan masyarakat untuk terus disiplin menerapkan protokol kesehatan secara ketat guna melindungi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya.
"Masyarakat masih perlu disiplin menerapkan protokol kesehatan, jangan abai terhadap prokes," katanya.
Kemenko PMK juga mengajak masyarakat untuk melengkapi diri dengan vaksinasi mulai dari dosis pertama hingga dosis penguat atau booster. "Bagi masyarakat yang belum mendapatkan vaksinasi dosis penguat atau booster silahkan booster agar perlindungannya lebih optimal," ujarnya.
Dia juga mengingatkan, saat ini masih dalam status pandemi Covid-19 sehingga masyarakat masih harus waspada dan tidak boleh bersikap euforia. Menurut dia, masyarakat dapat tetap bekerja dan melakukan berbagai aktivitas lainnya namun tidak boleh bersikap euforia.
"Mari tetap saling mengingatkan mengenai pentingnya protokol kesehatan guna mencegah penyebaran Covid-19 dan juga mencegah faktor risiko penyakit lainnya," kata Agus.
Pada kesempatan berbeda, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan jumlah penduduk Indonesia yang telah menerima vaksinasi Covid-19 dosis ketiga atau booster (penguat) mencapai 55.275.438 (55,28 juta) jiwa hingga Rabu (27/7/2022). Berdasarkan eterangan Satgas Covid-19 yang diterima di Jakarta, menunjukkan jumlah penduduk yang telah mendapat suntikan tiga dosis vaksin Covid-19 tersebut bertambah 333.495 orang.
Dengan demikian, maka laju suntikan dosis penguat vaksin Covid-19 sudah diberikan pada 26,54 persen dari total warga yang menjadi sasaran vaksinasi Covid-19 yakni sebanyak 208.265.720 orang. Sementara itu, penduduk yang mendapatkan dua dosis vaksin Covid-19 bertambah 54.087 orang menjadi 169.936.472 orang atau setara 81,6 persen dari total sasaran.
Sedangkan, penerima dosis pertama bertambah 65.063 orang sehingga mencapai 202.333.791 orang atau setara 97,15 persen dari total sasaran. Pada Rabu, Satgas mencatat ada penambahan 6.438 kasus Covid-19 di Indonesia, 3.825 pasien sembuh serta 11 pasien meninggal akibat Covid-19.
Secara nasional, jumlah kasus aktif naik sebanyak 2.602 kasus menjadi 46.024 kasus aktif. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kebijakan akselerasi vaksinasi dosis penguat atau booster di Indonesia diharapkan bisa menembus 70 persen populasi sasaran.
"Saya lihat di seluruh dunia, tidak ada negara yang bisa mencapai (target vaksinasi) 100 persen. Jadi saya jujur, enggak mungkin tercapai, yang penting di atas 70 persen sudah baik," kata Budi.
Dia mengatakan, dalam 15 bulan terakhir sebanyak 205 juta jiwa penduduk Indonesia telah menerima vaksin Covid-19 berupa dosis lengkap primer hingga booster. Total suntikan yang diberikan mencapai 410 juta dosis. "Paling yang harus kita tingkatkan itu booster, dan makanya kami mengedukasi masyarakat supaya bisa (memperoleh perlindungan yang lebih baik)," ujarnya.