Selasa 02 Aug 2022 14:30 WIB

Nancy Pelosi Tiba di Malaysia

Pelosi bertemu dengan Ketua Majelis Rendah Azhar Azizan Harun di Parlemen.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
FILE - Ketua DPR Nancy Pelosi, D-Calif., berbicara selama konferensi pers Jumat, 29 Juli 2022, di Capitol di Washington. Pelosi tiba di Singapura Senin pagi, memulai tur Asia-nya ketika pertanyaan berputar-putar tentang kemungkinan pemberhentian di Taiwan yang telah memicu ketegangan dengan Beijing.
Foto: AP/J Scott Applewhite
FILE - Ketua DPR Nancy Pelosi, D-Calif., berbicara selama konferensi pers Jumat, 29 Juli 2022, di Capitol di Washington. Pelosi tiba di Singapura Senin pagi, memulai tur Asia-nya ketika pertanyaan berputar-putar tentang kemungkinan pemberhentian di Taiwan yang telah memicu ketegangan dengan Beijing.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Ketua House of Representative Amerika Serikat (AS), Nancy Pelosi tiba di Malaysia pada Selasa (2/8/2022) Pesawat yang membawa Pelosi dan delegasinya mendarat di sebuah pangkalan angkatan udara di tengah pengamanan yang ketat.  

Pelosi bertemu dengan Ketua Majelis Rendah Azhar Azizan Harun di Parlemen dan menghadiri pertemuan makan siang dengan Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob. Meskipun belum ada pengumuman resmi, media lokal di Taiwan melaporkan bahwa Pelosi akan tiba di Taipei pada Selasa malam. Tiga surat kabar nasional Taiwan yaitu The United Daily News, Liberty Times dan China Times mengutip sumber yang berbicara dengan syarat anonim bahwa, Pelosi akan terbang ke Taipei setelah mengunjungi Malaysia.

Baca Juga

Pelosi memulai tur Asia di Singapura pada Senin. Rumor kunjungan Pelosi ke Taiwan telah memicu ketegangan antara AS dan China. Dalam pembicaraan dengan Pelosi, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menyoroti pentingnya hubungan AS-Cina yang stabil untuk perdamaian dan keamanan regional.

China telah memberikan peringatan terkait rencana kunjungan Pelosi ke Taiwan. Gedung Putih pada Senin (1/8/2022) mengecam retorika Beijing. Gedung Putih mengatakan, AS tidak tertarik untuk memperdalam ketegangan dengan China dan tidak akan terpancinf dengan gertakan Beijing.

Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih, John Kirby, mencatat bahwa anggota Kongres telah secara rutin mengunjungi Taiwan selama bertahun-tahun. Kirby mengatakan, pejabat pemerintah khawatir bahwa Beijing dapat menggunakan kunjungan itu sebagai alasan untuk mengambil langkah-langkah pembalasan yang provokatif, termasuk aksi militer seperti menembakkan rudal di Selat Taiwan atau di sekitar Taiwan. Termasuk menerbangkan serangan mendadak ke wilayah udara Taiwan dan melakukan serangan angkatan laut skala besar.  

“Sederhananya, tidak ada alasan bagi Beijing untuk mengubah kunjungan potensial yang konsisten dengan kebijakan lama AS menjadi semacam krisis atau menggunakannya sebagai dalih untuk meningkatkan aktivitas militer agresif di atau sekitar Selat Taiwan,” kata Kirby.

Taiwan dan China berpisah pada 1949 setelah Komunis memenangkan perang saudara. AS mempertahankan hubungan informal dan hubungan pertahanan dengan Taiwan bahkan ketika mengakui Beijing.

China terus meningkatkan tekanan diplomatik dan militer terhadap Taiwan. China memutus semua kontak dengan pemerintah Taiwan pada 2016, setelah Presiden Tsai Ing-wen menolak untuk mendukung klaim bahwa Taiwan merupakan satu bagian dengan China, dan berada di bawah rezim Komunis yang menjadi satu-satunya pemerintah yang sah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement