REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus cacar monyet terus meningkat secara global dengan dua kematian baru tercatat di Eropa. Sebelumnya, tanda-tanda khas penyakit ini termasuk ruam, demam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Namun tinjauan terbaru dari 185 kasus yang diterbitkan dalam British Journal Dermatology telah mengidentifikasi gejala kulit baru yang terkait dengan cacar monyet. Koordinator penelitian dari Spanish Academy of Dermatology, dr Ignacio Garcia Doval, mengatakan gejala kulit baru itu disebut juga sebagai pseudo-pustula. Ini termasuk gejala yang tidak biasa dan ada bukti bahwa itu disebabkan oleh kontak kulit ke kulit saat berhubungan seks.
“Bukan ruam umum yang terlihat pada kasus sebelumnya, kasus-kasus baru-baru ini cenderung memiliki lesi kulit yang jauh lebih sedikit, sering kali di satu lokasi,” kata dia seperti dilansir laman Mirror, Kamis (4/8/2022).
Apa itu pseudo-pustula cacar monyet? Monkeypox, yang berasal dari keluarga virus yang sama dengan penyebab cacar, sering digambarkan sebagai penyebab pustula, yang merupakan lesi berisi nanah. Namun, petugas medis telah melihat tanda baru yang muncul di kulit yaitu pseudo-pustula.
Pseudo-pustula mirip dengan pustula, bedanya itu berwarna putih, padat, dan sebenarnya tidak mengandung nanah. Jika lapisan atas pustula dapat dikorek untuk mengeluarkan nanah di dalamnya, itu tidak mungkin dengan pseudo-pustula. Ini berarti bahwa lesi dari pseudo-pustula dapat menyebabkan bisul.
Orang yang telah terinfeksi cacar monyet biasanya mengalami gejala seperti demam, nyeri otot, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit kepala, dan berkeringat. Ruam yang berbeda pecah antara satu sampai empat hari infeksi, dengan lesi berkembang sebagian besar di wajah serta di atas telapak tangan, telapak kaki dan mukosa (lapisan dalam yang lembab dari hidung dan mulut).
Lesi ini umumnya berkeropeng, dan infeksi sembuh dalam dua sampai empat minggu. Mungkin ada jaringan parut sekunder dari ruam karena pustula bisa menjadi sangat gatal. Namun, komplikasi dapat terjadi pada beberapa orang termasuk ensefalitis, pneumonia, infeksi kulit bakteri sekunder, serta kehilangan penglihatan. Bayi, anak-anak, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan yang lemah memiliki risiko lebih besar terkena komplikasi cacar monyet.