Jumat 05 Aug 2022 05:25 WIB

Cara Terbaik Bershalawat

Umat Islam juga perlu mengetahui cara terbaik dalam membaca shalawat.

Rep: Muhyiddin/ Red: Ani Nursalikah
Sejumlah santri khusuk membaca shalawat bersama pada peringatan puncak Hari Santri Nasional di Griya Agung Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (22/10/2021). Cara Terbaik Bershalawat
Foto: ANTARA/Feny Selly
Sejumlah santri khusuk membaca shalawat bersama pada peringatan puncak Hari Santri Nasional di Griya Agung Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (22/10/2021). Cara Terbaik Bershalawat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat memasuki Jumat, umat Islam dianjurkan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, untuk mengamalkannya umat Islam kiranya juga perlu mengetahui cara terbaik dalam membaca shalawat.

Dalam buku Hikayat Keajaiban Istighfar dan Shalawat Nabi karya Fuad Abdurrahman diungkapkan bahwa pensyarah kitab I’anat al-Thalibin, Syekh al-Bakri al-Dimyathi telah menjelaskan cara bershalawat yang terbaik, yaitu:

Baca Juga

“Sebaiknya orang yang membaca shalawat kepada Nabi, dalam kondisi paling sempurna, suci badannnya, punya wudhu, menghadap kiblat, menghayati keagungan Baginda Nabi dengan maksud tercapainya keinginan dan cita-cita, membaca dengan tartil per huruf dan tidak tergesa-gesa dalam mengucapkan kalimat-kalimatnya.”

Sementara itu, Syekh Abu al-Abbas al-Tijani berkata seperti yang dikutip dari kitab Jawahir al-Ma’ani bahwa bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan hal yang agung, yaitu pintu kesempurnaan, pintu masuk yang agung. Siapa yang meninggalkannya, maka ia tidak akan menemukan pintu lain selain bershalawat yang dengannya ia bisa masuk agar bertemu dengan Nabi SAW.

Syekh Abu al-Abbas mengingatkan, “Hendaknya saat bershalawat, orang tersebut membayangkan sosok Nabi Muhammad SAW, membayangkan sedang duduk di hadapan beliau dengan hormat, tenang, mengagungkan, mengharap pertolongan dari beliau dengan kadar keadaan serta derajat orang tersebut.”

Lebih lanjut, Syekh Abu al-Abbas menjelaskan bahwa orang yang bershalawat seperti di atas, perhatiannya hendaknya juga sampai kepada Allah ibarat perhatian orang kehausan air. Maka, Allah akan menggenggam tangannya dan menariknya kepada-Nya menuju makrifat.

Adakalanya dengan cara Allah memberi kuasa kepada Nabi-Nya agar mendidiknya secara langsung. Adakalanya juga Allah membukakan pintu makrifat kepadanya dan menghilangkan perintang hati berkat dia selalu bershalawat kepada kekasih Allah SWT. Hal itu merupakan perantara terbesar menuju keridhaan Allah untuk makrifat kepada-Nya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement