REPUBLIKA.CO.ID, TANJUNG PINANG -- Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Ansar Ahmad menyebut tingkat inflasi di daerahnya menjadi yang terendah se-Sumatra selama periode Januari-Juli 2022, yakni sebesar 4,38 persen.
"Ini tak terlepas dari upaya-upaya yang dilakukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam Kepri mengendalikan inflasi," kata Gubernur Ansar di Tanjungpinang, Sabtu (6/8/2022).
Ansar menegaskan komitmennya bersama TPID Kepri untuk terus melanjutkan upaya-upaya menekan inflasi sesuai kewenangan daerah untuk diintervensi, karena ada beberapa faktor yang tidak dapat diintervensi oleh daerah terkait inflasi.
"Kita akan kerja maksimal mencari cara dan celah untuk menekan inflasi," ujar Ansar.
Menurut dia, ada beberapa upaya yang telah dilakukan untuk mengendalikan inflasi di Kepri, antara lain menggelar operasi pasar murah untuk komoditas buah, sayur dan sembako serta komoditas aneka cabai dan telur ayam. Kemudian mendorong kerja sama antar daerah (KAD) dalam menjaga kestabilan stok bahan makanan yang memiliki andil terhadap inflasi yang tinggi.
"Kita juga terus meningkatkan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan/petani, serta perluasan dan implementasi teknik budidaya seperti proliga, urban integrated, hingga digital farming," sebut Ansar.
Sementara itu, berdasarkan rilis statistik BPS, Senin, (1/8), perkembangan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kepri pada bulan Juli 2022 tercatat 111,74 atau mengalami inflasi sebesar 0,61 persen. Sedangkan tingkat inflasi tahun kalender atau year to date (ytd) per Juli 2022 sebesar 4,38 persen, sehingga menjadikan Kepri sebagai provinsi dengan tingkat inflasi (ytd) terendah se-Sumatra.
Kepala BPS Kepri Darwis Sitorus mengatakan inflasi month to month (mtm) Kepri sebesar 0,61 persen pada Juli 2022 didominasi oleh kelompok barang/jasa yang harganya diatur oleh pemerintah atau administered prices.
"Inflasi pada kelompok ini didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan kenaikan harga avtur dan permintaan serta kenaikan harga rokok kretek filter," ungkap Darwis.
Sementara itu, inflasi kelompok barang/jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak atau volatile food relatif mereda, didorong oleh deflasi pada minyak goreng dan perlambatan inflasi cabai merah dan bawang merah.
"Inflasi kelompok inti utamanya bersumber dari peningkatan upah asisten Rumah Tangga, harga kopi bubuk dan sabun detergen," ucapnya.