Ahad 07 Aug 2022 18:47 WIB

Kemendikbudristek dan Rumah Karya Indonesia Gelar LTTMF 2.0 di Danau Toba

Kekayaan musik tradisional Indonesia, termasuk dari Toba, telah lama dikenal dunia.

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endro Yuwanto
Lake Toba Traditional Music Festival (LTTMF) 2.0.
Foto: Ist.
Lake Toba Traditional Music Festival (LTTMF) 2.0.

REPUBLIKA.CO.ID, TOBA -- Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama Rumah Karya Indonesia menyelenggarakan Lake Toba Traditional Music Festival (LTTMF) 2.0 selama tiga hari (5/8/2022)-(7/8/2022) di Kabupaten Toba, Sumatra Utara.

LTTMF 2.0 merupakan upaya mewujudkan amanah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Lebih lanjut, LTTMF 2.0 menjadi salah satu rangkaian program festival musik tradisi yang diinisiasi Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek guna melestarikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan khazanah seni kedaerahan.

Selain penampilan sejumlah seniman dan musisi lokal yang membawakan lagu-lagu tradisi yang mencirikan keaarifan lokal budaya Tanah Batak, Musisi ternama Ipang Lazuadi menjadi bintang tamu dalam perhelatan LTTMF 2.0 kali ini.

Direktur Perfilman, Musik, dan Media Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek Ahmad Mahendra menyatakan, LTTMF 2.0 tidak sebatas pertunjukan musik yang menghadirkan karya musisi daerah.

“Lebih dari itu, LTTMF 2.0 adalah upaya membangun ekosistem musik nasional. Ke depannya anak-anak muda dari Toba dapat menjadi penentu kemajuan musik daerahnya, bukan hanya menjadi penonton. Kami berharap, generasi muda secara mandiri dan terus menerus dapat menciptakan karya yang sesuai akarnya. Dari situlah dapat dibangun ekosistem musik nasional,” ujar Mahendra dalam siaran persnya, Ahad (7/8/2022).

Menurut Mahendra, kekayaan musik tradisional Indonesia, termasuk yang berasal dari Toba, telah lama dikagumi berbagai negara di dunia. Banyak karya musik Batak yang dinyanyikan di luar negara menjadi kebanggaan Indonesia.

“Jadi sudah saatnya musik tradisi, khususnya dari Toba, dilestarikan dan dikembangkan di dalam negeri sendiri. Bangsa lain saja turut bangga, mengapa kita tidak? Generasi muda Toba punya tugas meneruskan budaya musik tradisinya supaya terus dikagumi hingga mancanegara,” jelas Mahendra.

Bupati Toba, Poltak Sitorus, menyampaikan, melalui LTTMF 2.0 dapat memperkenalkan karakter serta keanekaragaman seni setiap wilayah yang berada di kawasan Toba.

"Melalui LTTMF 2.0 dapat menunjang kemajuan wisata di Toba sehingga ikut mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan masyarakat setempat. Ia menilai, LTTMF 2.0 menyedot perhatian wisatawan untuk menikmati karya musik tradisional," ucap Poltak.

Ketua Rumah Karya Indonesia, Ojak Manalu menyebutkan, LTTMF 2.0 dapat membuka kesempatan kepada musisi daerah untuk memamerkan karya terbaiknya sehingga dikenal publik. "Kami berharap, melalui LTTMF 2.0 para musisi di Toba muncul kesadaran untuk membentuk ekosistem musik yang baik agar kebanggaan dan minat untuk memajukan budaya tidak hilang," ujarnya.

Selain memementaskan karya musik, LTTMF 2.0 juga menggelar diskusi bertema "Karakteristik dan Potensi Musik Tradisi Dalam Festival" serta persembahan opera berjudul "Perempuan Penjaga Masa Depan". LTTMF 2.0 tahun ini mengusung tema "Suara Danau: Memaknai, Merawat, dan Menghidupkan Musik Tradisional". Sebagai informasi, hajatan LTTMF 2.0 adalah yang kedua kalinya dilaksanakan oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbudristek dan Rumah Karya Indonesia setelah pertama kalinya dihelat pada tahun 2020.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement