Rabu 10 Aug 2022 03:20 WIB

Gelombang Covid-19 di Malaysia Akibat Subvarian Omicron Terkendali

Malaysia hanya menghadapi gelombang kecil Subvarian Omicron tetapi berkepanjangan.

Red: Nora Azizah
Malaysia hanya menghadapi gelombang kecil Subvarian Omicron tetapi berkepanjangan.
Foto: ANTARA / Rafiuddin Abdul Rahman
Malaysia hanya menghadapi gelombang kecil Subvarian Omicron tetapi berkepanjangan.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR -- Gelombang COVID-19 di Malaysia akibat penularan subvarian Omicron BA.5 kecil dan terkendali. Menteri Kesehatan Malaysia Khairy Jamaluddin, mengatakan, saat negara-negara tertentu melaporkan gelombang besar Omicron BA.5, Malaysia menghadapi gelombang kecil tapi berkepanjangan.

"Seperti yang saya katakan sebelumnya, (pergerakan dari) 2.000 menjadi 5.000 kasus memakan waktu cukup lama. Tidak ada peningkatan yang tiba-tiba naik perlahan dan dipertahankan pada tingkat yang baru. Jadi ini gelombang baru yang panjang," katanya seperti dikutip Bernama, Selasa (9/8/2022).

Baca Juga

Mengomentari kasus yang kurang dilaporkan di aplikasi MySejahtera, Khairy mengatakan situasi itu biasa terjadi di negara mana pun. "Jumlah kasus yang dilaporkan lebih sedikit dari jumlah infeksi sebenarnya karena protokol pengujian telah dilonggarkan. Sebelum ini, semua orang melakukan tes RT-PCR, sekarang, sebagian besar tes yang dilaporkan adalah tes RTK-Antigen," katanya.

Khairy mengatakan beberapa individu melakukan tes COVID-19 mandiri tetapi tidak melaporkan hasil aplikasi MySejahtera. "Dalam hal ini, kami melihat indikator proxy. Kami tidak melihat terlalu banyak pada jumlah kasus tetapi tingkat keparahannya, jumlah kematian dan perawatan di rumah sakit," ujar dia.

"Selama angkanya terkendali, maka masalah itu bisa diatasi dengan baik karena jika dilihat dari jumlah kasusnya akan fluktuatif, dan akan ada gelombang dari waktu ke waktu," tambahnya.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk melaporkan infeksi COVID-19 di aplikasi MySejahtera untuk membantu Kementerian Kesehatan memantau situasi aktual dan jumlah kasus di masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement