Jumat 03 Nov 2023 13:25 WIB

Subvarian Terbaru Omicron: HV.1, Apakah Lebih Berbahaya?

Vaksinasi tetap menjadi salah satu cara terbaik untuk melindungi diri dari HV.1.

Rep: Umi Nur Fadhilah / Red: Friska Yolandha
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.
Foto: ANTARA/Nyoman Hendra Wibowo
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin dosis ketiga kepada warga di Denpasar, Bali, Selasa (14/6/2022). Dinas Kesehatan Provinsi Bali mengimbau masyarakat untuk mengikuti program vaksinasi COVID-19 dosis ketiga atau penguat (booster) sebagai antisipasi penyebaran COVID-19 subvarian Omicron BA.4 dan BA.5.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amerika Serikat (AS) saat ini menghadapi tantangan baru dalam penyebaran Covid-19, yaitu varian baru yang disebut HV.1. Menurut perkiraan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), varian HV.1 sekarang mencakup sekitar seperempat dari semua kasus Covid-19 di negara tersebut, terutama tersebar di wilayah Atlantik Tengah, di mana sekitar sepertiga kasusnya terjadi.

Dominasi varian HV.1 terjadi ketika vaksin Covid-19 yang baru diformulasikan mulai diberikan oleh penyedia layanan kesehatan. Sayangnya, tingkat penerimaan vaksin terbaru masih rendah. Baru sekitar 7,1 persen orang dewasa dan 2,1 persen anak-anak yang telah menerima dosis vaksin sejak tersedia pada pertengahan September.

Baca Juga

Seorang profesor penyakit menular di Vanderbilt University School of Medicine, William Schaffner mengungkapkan keprihatinan atas lambatnya penggunaan vaksin yang dapat meningkatkan risiko kasus-kasus Covid-19 yang parah dalam beberapa bulan mendatang. "Kurangnya penerimaan secara umum terhadap vaksin baru yang diperbarui ini, ditambah varian-varian baru yang sangat mudah menular mungkin terjadi pada musim dingin ini," kata Schaffner, dilansir Verywell Health, Jumat (3/11/2023).

Namun, pertanyaan yang muncul adalah apakah HV.1 lebih berbahaya dibandingkan dengan varian Covid lainnya. Biasanya, varian yang mendominasi merupakan varian yang telah berevolusi menjadi lebih mudah menular. Meskipun HV.1 tampak sangat menular, dampak klinisnya belum terlihat signifikan. Para ahli imunologi memastikan bahwa vaksin yang sudah ada masih memberikan perlindungan yang substansial terhadap penyakit parah.

Seorang spesialis urusan masyarakat di CDC, Kate Grusich menyebutkan bahwa vaksin yang diperbarui diharapkan dapat memberikan perlindungan terhadap HV.1 dan jenis virus lain yang beredar. Bagaimana Anda dapat melindungi diri dari HV.1? Vaksinasi tetap menjadi salah satu cara terbaik untuk melindungi diri dari dampak serius infeksi HV.1.

Mengenakan masker wajah dengan benar juga dapat membantu mengurangi risiko penularan. Mengikuti protokol pengujian dan isolasi saat merasa tidak sehat juga merupakan langkah penting dalam memperlambat penyebaran virus.

Meskipun HV.1 mendominasi saat ini, para ahli terus memantau perkembangan varian lain yang dapat memengaruhi tingkat keparahan penyakit atau resistensi terhadap vaksin. Pada akhir musim panas, beberapa varian baru telah muncul, tetapi hingga saat ini, vaksinasi tetap menjadi alat utama dalam mengendalikan penyebaran Covid-19.

CDC menekankan bahwa 99 persen varian yang beredar masih merupakan bagian dari keluarga XBB, yang menjadi sasaran vaksin COVID-19 yang diperbarui. CDC terus memantau situasi ini dan memberikan rekomendasi vaksinasi yang sesuai untuk masyarakat. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement