REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menyebut laju inflasi Indonesia lebih rendah dibandingkan Argentina dan Turki. Tercatat pada Juli 2022 laju inflasi sebesar 4,94 persen, sedangkan Turki sebesar 79,6 persen dan Argentina sebesar 64 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan inflasi Indonesia jauh lebih rendah dikarenakan kebijakan pemerintah yang menjaga harga-harga di dalam negeri, terutama harga energi di tengah kenaikan minyak dunia.
"Inflasi Indonesia relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara yang sedang bergulat baik karena komoditas maupun krisis," ujarnya, Rabu (10/8/2022).
Menurutnya harga energi dalam hal ini bahan bakar minyak (BBM) subsidi bisa dipertahankan tetap karena fundamental ekonomi yang kuat. Hal ini tercermin penerimaan negara yang surplus sejak awal tahun, sehingga APBN memiliki cukup dana untuk menambah anggaran subsidi sebagai kompensasi kenaikan harga minyak dunia.
“Penerimaan negara tumbuh tinggi sejak awal tahun ini ditopang oleh kenaikan harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global. Ini hasil kebijakan dan memang ada biaya yakni APBN karena terjadi kenaikan harga komoditas yang luar biasa," kata dia.
Sementara, negara lain tak bisa melakukan hal tersebut seperti Turki yang harus menaikkan harga BBM di negaranya, sehingga terjadi lonjakan inflasi. Hal yang sama Argentina yang memang dalam krisis keuangan.
"Jadi Indonesia menjadi salah satu negara yang cepat dalam pemulihan ekonomi dan stabil. Saat sudah terjadi krisis, indikator Indonesia sudah melewati masa kritis level," pungkasnya.