REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pada Oktober 2019, gelandang Arsenal Granit Xhaka terlibat perseteruan dengan pendukung sendiri. Ia sampai ditarik oleh pelatih the Gunners saat itu Unai Emery.
Saat berjalan menuju terowongan, ia dicemooh. Xhaka balas menunjukkan gesture tak bersahabat. Ia menutup telinganya dengan sinis, pertanda ia tak peduli akan cemoohan itu.
Insiden tersebut berdampak signifikan. Pesesepak bola asal Swiss mendekat ke pintu keluar Stadion Emirates. Tekadnya sudah bulat.
Situasi berubah ketika Mikel Arteta masuk. Arteta menggantikan Emery sebagai juru taktik Arsenal. Sang arsitek berbicara dari hati ke hati dengan sosok yang saat itu berstatus kapten Arsenal.
"Dia alasan mengapa saya masih di klub ini," kata Xhaka kepada BBC, dikutip dari Talksport, Rabu (10/8/2022).
Ia bahkan sudah mengemas barang-barangnya. Namun ia bersedia berbicara dengan Arteta. Menurut Xhaka, mentornya, hanya ingin mendengarkan pemikirannya.
Rencananya belum sepenuhnya berubah. Ia masih berhasrat menuju klub lain. Kepada Arteta, ia menegaskan, keputusan tersebut tidak ada hubungan dengan arsitek tersebut.
Saat itu mereka belum saling mengenal secara personal. Namun Arteta tetap menunjukkan kegigihan untuk mempertahankan jebolan akademi FC Basel ini.
"Dia berkata,'beri saya kesempatan selam enam bulan, dan jika kamu masih tidak bahagia setelahnya, saya yang akan membantu kamu pergi'," tutur Xhaka, menirukan ucapan Arteta padanya.
Pertahanan sang gelandang luluh. Ia memutuskan bertahan. Selain dengan Arteta, ia tidak membahas masalah tersebut di tempat lain, termasuk saat bersama keluarga. Itu sesuatu yang jarang dilakukannya.
Xhaka menegaskan, ia tak pernah memiliki masalah dengan berbagai elemen di Arsenal, baik itu dengan rekan setim, jajaran direksi. Menurut dia, yang terjadi hanya reaksi pada pertandingan melawan Palace. Lepas dari laga tersebut, ia merasa memiliki berbagai momen fantastis di klub London Utara ini.