REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak berpendapat harga mi instan tidak akan naik secara ekstrem meskipun harga gandum terus melambung tinggi. Emil mengaku harga gandum terus melambung terpengaruh konflik Rusia-Ukraina yang tak kunjung usai.
Meski konflik tersebut masih berlangsung, Emil menyebut saat ini negara-negara penghasil gandum sedang mengalami panen raya. “Industri itu kan stoknya tiga bulanan, jadi kita berharap September ada bahan baku gandum masuk lagi. Karena sebenarnya negara-negara produsen bulan ini mulai panen gandum,” kata Emil di Surabaya, Kamis (11/8/2022).
Emil berharap musim panen di negara produsen gandum ini bisa mendorong kebutuhan gandum tanah air. Meski demikian, ia juga berharap ada jalur alternatif untuk mengakses gandum dari Ukraina. Meskipun, kata Emil, ada negara di luar Rusia-Ukraina yang juga diperkirakan akan menyuplai gandum ke Indonesia.
"Yang pasti ada negara lain di Barat yang mungkin bisa diakses untuk mengeluarkan gandum tersebut, itu yang diharapkan. Jadi ya kita berharap harga gandum baik dan produsen bisa menjaga stabilitas harga,” ujarnya.
Emil pun mengimbau masyarakat Jatim tidak melakukan aksi panic buying dan memborong mi instan setelah adanya isu mi instan bakal naik akibat harga gandum yang tinggi. Emil meyakini, pemerintah pusat memiliki cara untuk bekerja sama dengan jejaring retail dan produsen untuk memberikan informasi yang lebih dipercaya terkait stabilitas harga.
“Jangan panic buying, apalagi anak kos. Panic buying ini tidak akan menguntungkan siapapun, karena membuat spekulasi harga juga. Semoga tidak ada borong memborong. Kita punya harapan harga mi instan tidak akan naik ekstrem,” kata Emil.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan harga mi instan di dalam negeri berpotensi naik hingga tiga kali lipat seiring tingginya harga gandum dunia yang disebabkan perang Rusia-Ukraina. Syahrul pun mengatakan keadaan pangan di dunia saat ini sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja.
“Jadi hati-hati yang makan mi banyak, dari mi banyak dari gandum besok harganya tiga kali lipat. Maafkan saya bicara ekstrem saja ini, ada gandumnya tapi harganya akan mahal banget,” kata Syahrul.