Kamis 11 Aug 2022 21:45 WIB

Sekjen MUI: Tak ada yang Perlu Dikhawatirkan dari Penyelenggaraan Pemilu

Indonesia sebagai negara yang selama ini telah teruji kerukunannya.

Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Sekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan menegaskan bahwa penyelenggaraan Pemilu 2024 tidak perlu dikhawatirkan, karena sudah menjadi rutininas pesta demokrasi di Indonesia.

"Pemilu sudah menjadi rutinitas yang tidak perlu dikhawatirkan. Adapun orang-orang yang terlalu khawatir kalau kepentingan politiknya tidak terakomodir," ujar Amirsyah dalam sambutannya di Kolokium Agama-agama Nusantara, Rabu kemarin.

Baca Juga

Kolokium ini digelar oleh Komisi Antar Umat Beragama (KAUB) MUI bekerja sama dengan Puslitbang Kementerian Agama yang melibatkan sejumlah Ormas Islam dan Majelis Agama di Indonesia.

Amirsyah optimistis bahwa Indonesia sebagai negara yang selama ini telah teruji kerukunannya akan membuat Pemilu 2024 berlangsung secara aman, sukses, luber, dan jurdil.

Adapun mereka yang merasa khawatir, kata dia, adalah yang tidak terakomodir politiknya. Padahal dalam kontestasi politik harus siap menang dan kalah.

"Di sinilah terjadinya kekhawatiran yang menimbulkan semacam phobia," kata dia.

Ia pun mendorong agar ajang Pemilu bukan menjadi momen yang menakutkan bagi masyarakat, kontestan, dan bangsa Indonesia, meskipun politik identitas dalam perdebatan akademis memang tidak bisa dihindari.

Namun, menurutnya Indonesia juga memiliki sejumlah ormas Islam yang menjadi penyangga kerukunan, termasuk MUI yang tidak dimiliki negara lain. "Tidak ada di negara lain. Indonesia punya kekhasan dan keunikan yang tidak dimiliki oleh negara lain. Ini harus kita perlihatkan," kata dia.

Sementara itu, Kepala Balitbang dan Diklat Kementerian Agama Abu Rokhmad mengajak MUI dan ormas Islam menangkal potensi politik identitas menjelang Pemilu dan Pilpres 2024.

"Politik identitas ini menjadi konsen kita bersama. Kita perlu menjadi netral dan tidak memiliki kepentingan politik identitas. MUI, saya kira, mewakili organisasi yang tidak mempunyai kepentingan sama sekali," kata dia.

Dia menilai sangat sulit mendefinisikan politik identitas sehingga peran MUI sangat dibutuhkan sebagai organisasi yang netral dan tidak mempunyai kepentingan politik identitas untuk membimbing umat.

MUI, kata dia, perlu menjaga keberlangsungan kehidupan beragama yang otentik sebagaimana dicontohkan nabi dan ulama zaman dahulu.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement