Jumat 19 Aug 2022 00:04 WIB

Alibaba, ByteDance, dan Tencent Serahkan Data Algoritma kepada Pemerintah China

Pertama kalinya Alibaba, ByteDance, Tencent bagikan algoritma ke pemerintah China

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Christiyaningsih
 Seorang wanita mengenakan masker berjalan melewati kantor perusahaan e-commerce China Alibaba di Beijing. Alibaba dan ByteDance (pemilik TikTok) dan Tencent telah berbagi detail algoritma mereka dengan regulator China. Ilustrasi.
Foto: AP Photo/Andy Wong
Seorang wanita mengenakan masker berjalan melewati kantor perusahaan e-commerce China Alibaba di Beijing. Alibaba dan ByteDance (pemilik TikTok) dan Tencent telah berbagi detail algoritma mereka dengan regulator China. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Raksasa internet China termasuk Alibaba dan ByteDance (pemilik TikTok) dan Tencent telah berbagi detail algoritma mereka dengan regulator China untuk pertama kalinya. Algoritma memutuskan apa yang dilihat pengguna dan urutan mereka melihatnya serta sangat penting untuk mendorong pertumbuhan platform media sosial.

Sementara itu, di Amerika Serikat (AS), Meta dan Alphabet telah berhasil menyatakan itu adalah rahasia dagang di tengah seruan untuk pengungkapan. Cyberspace Administration of China (CAC) telah menerbitkan daftar dengan deskripsi 30 algoritma.

Baca Juga

Dalam sebuah pernyataan dikatakan bahwa daftar algoritmanya akan diperbarui secara rutin dalam upaya untuk mengekang penyalahgunaan data. Di antara algoritma yang terdaftar adalah salah satu milik situs e-commerce Taobao yang dimiliki oleh Alibaba.

Dilansir BBC pada Kamis (18/8/2022), dokumen Mandarin mengatakan algoritma Taobao merekomendasikan produk atau layanan kepada pengguna melalui jejak digital dan data pencarian historis mereka. Sementara itu, algoritma ByteDance untuk Douyin, TikTok versi China, dikatakan mengukur minat pengguna melalui apa yang mereka klik, komentari, suka atau tidak suka.

Direktur eksekutif di Pusat Penelitian Hukum Persaingan di East China University of Political Science and Law, Zhai Wei, percaya informasi yang diberikan jauh lebih rinci daripada yang pasti dipublikasikan. "Itu melibatkan beberapa rahasia bisnis yang tidak mungkin dirilis ke publik,” ujar dia. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement