REPUBLIKA.CO.ID, JEMBRANA -- Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS memberikan orasi ilmiah pada acara wisuda lulusan program Diploma-III Politeknik Kelautan dan Perikanan, Jembrana, Provinsi Bali, di Gedung Auditorium Pemerintah Kabupaten Jembrana, Sabtu (20/8/2022).
Dalam kesempatan tersebut, Prof Rokhmin menegaskan, profil alumni perguruan tingi (PT) yang unggul dan insya Allah hidupnya sukses serta bahagia adalah mereka yang memiliki karakter (ciri): (1) kompeten pada bidang Iptek (Prodi) yang ditempuh selama kuliahnya; (2) memiliki kemampuan analisis, sintesis, kritis, kreatif, inovatif, dan memecahkan masalah (problem solving); (3) menguasai dan terampil teknologi digital (menggunakankomputer, HP, dan platform lainnya); (4) memiliki soft skills (seperti dapat memelihara dan memompa motivasi diri, bisa bekerja sama, team work, disiplin, dan leadership); dan (5) menguasai sedikitnya satu bahasa asing (sepertiInggris, Arab, atau Mandarin).
“Selain itu, (6) memiliki jiwa wirausaha (entrepreneurship); (7) berakhlak mulia (jujur, amanah, fathonah/visioner, tabligh, berempati, qanaah, sabar, dan bersyukur); dan (8) beriman dan takwakepadaTuhan YME menurut agama masing-masing,” kata Prof Rokhmin dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Sabtu (20/8/2022).
Lebih jauh, Rokhmin menjelaskan profil dan karakter alumni Poltek KP Jembrana yang sukses dan mampu berkontribusi signifikan bagi terwujudnya Indonesia Emas 2045, sesuai program studi (Prodi)-nya masing-masing. Kompetensi Alumni Prodi Penangkapan Ikan: (1) mumpuni mengoperasikan teknologi penangkapan ikan atau fishing technology (fishing vessels, fishing gears, dan alat bantu sepertiecosounder dan fishfinder); (2) mumpuni menjalankan bisnis perikanan tangkap secara terpadu (hulu – hilir); (3) mampu secara cepat (adaptive and agile) mengoperasikan fishing technology baru di masa depan; (4) pengoperasian fishing technology harus mengikuti segenap regulasi Pemerintah-RI c.q. KKP, Code of Conduct for Responsible Fisheries (FAO, 1995), dan regulasi lainnya yang menjamin usaha perikanan tangkap yang mensejahterakan nelayan secara berkelanjutan; (5) mumpuni menjalankan pedoman safety at sea.
“Tidak kalah pentingnya, (6) dapat memberikan saran/masukan kepada yang berwewenang tentang perbaikan untuk pembangunan subsektor PerikananTangkap dan usaha (bisnis) Perikanan Tangkap,” ujar Rokhmin yang juga ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI).
Ia menambahkan, kompetensi alumni Prodi Perikanan Budidaya sebagai berikut: (1) mumpuni melaksanakan Best Aquaculture Practices yang ada saat ini; (2)mumpuni mengelola lingkungan kawasan agar tetap berkualitas dan sehat untuk pembangunan dan bisnis perikanan budidaya secara menguntungkan (menyejahterakan) dan berkelanjutan; (3) mumpuni menjalankan bisnis perikanan budidaya secaraterpadu yang menguntungkan dan berkelanjutan; (4) mampu secara cepat (adaptive dan agile) mengoperasikan teknologi baru (inovasi) terkait Best Aquaculture Practices; (5) mampu menaati semua regulasi Pemerintah RI dan lembaga internasional terkait Sustainable Aquaculture Development; dan (6) mampu memberikan saran untuk perbaikan kinerja subsektor Perikanan Budidaya.
Adapun kompetensi alumni Prodi Pengolahan Hasil Perikanan sebagai berikut: (1) mumpuni mengoperasikan semua jenis teknologi pengolahan hasil perikanan (pabrik es, cold storage, dan pabrikpengolahan yang menghasilkan beragam produkolahan ikan), sistem rantai dingin (cold-chain system), dan sistem logistik ikan nasional yang ada saat ini; (2) mampu dengan cepat (adaptive dan agile) mengoperasikan yang baru inovasi yang terkait dengan butir- (1) itu; (3) mampumenjalankan bisnis industry pengolahan dan pemasaran hasil perikanan; (4) dapat mentaati semua regulasi Pemerintah RI dan Lembaga internasional; dan (5) dapat memberikan saran untukperbaikan industry dan pemasaran hasil perikanan.
“Untuk memiliki profil dan karakter diri alumni seperti itu, maka mulai sekarang juga sebagai mahasiswa, adik-adik semuanya harus: (1) rajin membaca, minimal 6 jam dalam sehari untuk meningkatkan kemampuan kognitif; (2) rajin dan cerdas melaksanakan pekerjaan laboratorium, praktek lapang, magang, dan kegiatan lain yang dapat meningkatkan kapasitas motorik (keterampilan dan keahlian); (3) rajin menghadiri diskusi, lokakarya, seminar, konferensi, dan kegiatanakademis (keilmuan) lainnya yang dapat meningkatkan wawasan, ilmu dan pengetahuan serta membangun network kerja sama; dan (4) berdoa, beriman dan takwa, dan dekatkepada Allah SWT, Tuhan YME ,menurut agama kita masing-masing,” papar Rokhmin yang juga ketua Dewan Pakar Masyarakat Perikanan Nusantara (MPN).
Sebelumnya, Rokhmin mengemukakan, meskipun secara makroekonomi kontribusi sektor perikanan terhadap perekonomian nasional (PDB = Produk Domestik Bruto) sampai sekarang masih rendah -- sekitar 2,85 persen PDB dan 5,2 miliar dolar AS nilai ekspor yang menempatkan Indonesia hanya sebagai pengekspor perikanan terbesar ke-8 di dunia -- namun, peran dan kontribusinya terhadap ekonomi riil dan kehidupan sosial-budaya masyakarat Indonesia sangatlah besar dan strategis. ”Saat ini jumlah nelayan (fisherman) sekitar 2,75 juta orang, dan pembudidaya ikan (fish farmer) sebanyak 3,85 juta orang. Sementara itu, tenaga kerja yang terserap di berbagai industri hulu dan industri hilir perikanan mencapai 6,6 juta orang. Karena ukuran rata-rata keluarga Indonesia adalah 4 orang (ayah, ibu, dan 2 anak), maka ada sekitar 42,8 juta rakyat Indonesia (15% total penduduk) yang kehidupannya bergantung pada sektor perikanan,” ungkapnya mantanMenteri Kelautan dan Perikanan RI 2001-2004 itu.
Lebih dari itu, sekitar 60 persen total asupan protein hewani rakyat Indonesia berasal dari ikan dan berbagai produk perikanan (Puslitbang Gizi, 2018). Pada 2021 konsumsi ikan nasional sebesar 52 kg per kapita, lebih rendah ketimbang Singapura dan Jepang yang secara berurutan mencapai 60 dan 100 kg per kapita.
”Sebelum berdirinya KKP (Kementerian Kelautan dan Perikanan) pada 26 Oktober 1999, Indonesia merupakan produsen perikanan terbesar keenam di dunia. Kemudian, pada 2004 menjadi produsen perikanan terbesar keempat di dunia, dan sejak 2009 menjadi produsen perikanan terbesar kedua di dunia di bawah China,” ujarnya mengutip data FAO, 2014 dan FAO, 2022.
Ia juga mejelaskan, Indonesia memiliki potensi produksi perikanan terbesar di dunia, sekitar 115,63 juta ton/tahun. Pada 2020 baru diproduksi (dimanfaatkan) sekitar 22,55 juta ton atau 19,5% total potensi produksinya. ”Artinya, peluang untuk meningkatkan pembangunan, investasi, dan bisnis di sub-sektor Perikanan Tangkap dan sub-sektor Perikanan Budidaya beserta segenap industri hulu (infrastruktur dan sarana produksi) dan industri hilirnya (industri pengolahan/manufaktur, pengemasan, dan pemasaran) masih sangat besar,” kata Rokhmin yang juga Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan RI 2020-2024.
Sampai sekarang Indonesia belum atau kecil sekali mengembangkan ekonomi kelautan non-perikanan dan industri bioteknologi perairan. ”Padahal, potensi nilai ekonomi bioteknologi perairan dan ekonomi kelautan non-perikanan sangatlah besar,” ujar Rokhmin.
Ia lalu memaparkan permasalahan dan tantangan pembangunan KP, serta Kebijakan dan Program Pembangunan KP.