REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemerintah Kota Kiev melarang perayaan publik untuk memperingati kemerdekaan Ukraina dari kekuasaan Soviet. Sementara kota terbesar kedua, Kharkiv mengumumkan jam malam karena meningkatnya ancaman serangan Rusia.
Otoritas lokal di Kiev telah melarang acara publik besar, pertemuan umum, dan pertemuan lainnya yang terkait dengan peringatan hari kemerdekaan Ukraina mulai Senin (22/8/2022) hingga Kamis (25/8/2022). Menurut sebuah dokumen yang diterbitkan oleh administrasi militer Kiev menyatakan, larangan perayaan ini berkaitan dengan kemungkinan serangan Rusia.
Wali Kota Kharkiv, Ihor Terekhov, memperpanjang jam malam reguler mulai pukul 4 sore sampai 7 pagi efektif dari Selasa (23/8/2022) hingga Kamis (25/8/2022).
Sementara Gubernur Mykolaiv Oblast, Vitaly Kim, mengatakan, pihak berwenang sedang mempersiapkan perintah pencegahan bagi penduduk dan seruan untuk bekerja dari rumah pada Selasa dan Rabu. Kim juga mendesak agar warganya tidak berkumpul dan melakukan pertemuan dalam kelompok besar.
Dalam pidato video pada Sabtu (20/8/2022), Presiden Volodymyr Zelenskyy mengatakan, Moskow dapat mencoba melakukan sesuatu yang sangat buruk menjelang perayaan hari kemerdekaan Ukraina, yang juga menandai setengah tahun sejak invasi Rusia.
Zelenskyy mengatakan, dia telah membahas semua ancaman dengan rekannya dari Prancis. Termasuk Presiden Turki Tayyip Erdogan dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.
"Semua mitra Ukraina telah diberi tahu tentang apa yang dapat disiapkan negara teroris minggu ini," kata Zelenskyy dalam video pidato malamnya, merujuk pada Rusia.
Ukraina dan Rusia saling menyalahkan atas insiden penembakan berulang kali di dalam dan sekitar kompleks reaktor nuklir Zaporizhzhia dalam beberapa pekan terakhir. Kiev menuduh Moskow menempatkan pasukan dan menyimpan peralatan militer di halaman pembangkit listrik.
Kiev juga menuding Moskow menggunakan fasilitas nuklir tersebut sebagai perisai untuk membombardir wilayah yang dikuasai pemerintah Ukraina di barat dan utara. Rusia membantahnya, sera menuduh Ukraina menargetkan fasilitas nuklir dengan peluru dan drone.
Pada Ahad (21/8) Presiden AS Joe Biden, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengadakan panggilan telepon. Mereka menekankan pentingnya memastikan keselamatan dan keamanan instalasi nuklir Ukraina. Mereka juga menegaskan kembali "komitmen teguh" mereka untuk mendukung Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia.