REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Badan Antariksa Eropa (ESA) akan meminta negara-negara anggotanya untuk mendanai program tenaga surya berbasis ruang angkasa pada pertemuan besar akhir tahun ini. Program Solaris akan mengeksplorasi potensi pembangkit tenaga surya berbasis ruang angkasa (SBSP) untuk menyediakan energi bersih dan berkontribusi pada dekarbonisasi.
SBSP melibatkan pengumpulan energi matahari dengan susunan surya besar di orbit geostasioner, sebuah orbit pada ketinggian 22.000 mil (36.000 kilometer) di mana satelit tampak tergantung di atas tempat tetap di Bumi. Tanpa halangan oleh atmosfer Bumi, pembangkit listrik tenaga surya berbasis ruang angkasa akan menghasilkan energi lebih efisien daripada pembangkit listrik berbasis di Bumi, dan memancarkannya ke tanah untuk diubah menjadi listrik.
ESA menggambarkan program Solaris sebagai respons terhadap krisis perubahan iklim saat ini di Bumi dan sumber potensial energi bersih, terjangkau, berkelanjutan, berlimpah, dan aman. Keputusan untuk melanjutkan program pengembangan SBSP Eropa akan dibuat pada 2025, kata badan tersebut dalam sebuah pernyataan.
“Tenaga surya berbasis ruang angkasa akan menjadi langkah penting menuju netralitas karbon dan kemandirian energi untuk Eropa,” cicit direktur jenderal ESA Josef Aschbacher pada 16 Agustus.