REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penuaan dapat menyebabkan beberapa perubahan biologis di otak, yang memengaruhi ukuran dan kemampuan kognitifnya. Untungnya, ada cara untuk menunda perubahan ini.
Para peneliti telah mengidentifikasi serangkaian faktor risiko yang harus dihindari. Kesehatan otak dapat dipertahankan dengan pola makan sehat dan cukup berolahraga. Akan tetapi, ada beberapa faktor lain yang juga perlu dipertimbangkan.
Kesehatan jantung buruk (yang ditandai dengan nyeri dada, sesak napas, dan mati rasa pada ekstremitas) mungkin menjadi salah satu faktor risiko yang kurang diketahui untuk kerusakan otak. Sebuah studi baru menyatakan, jika seseorang memiliki komplikasi itu pada usia 36 tahun maka bisa menjadi prediktor signifikan penuaan otak dini.
Sebuah tim peneliti di UCL mengidentifikasi skor faktor risiko penuaan otak dini menggunakan pemindaian MRI dan pemeriksaan mesin. Temuan mereka yang telah diterbitkan dalam The Lancet Healthy Longevity ini menunjukkan bahwa kesehatan jantung yang buruk pada usia 36 adalah prediktor signifikan usia otak yang lebih tinggi pada kemudian hari.
Usia otak yang lebih tua biasanya tercermin dalam skor yang lebih buruk pada tes kognitif serta peningkatan penyusutan otak. Penulis utama penelitian ini, Profesor Jonathan Schott, menemukan bahwa meskipun orang-orang dalam penelitian ini semuanya memiliki usia yang sangat mirip, namun ada beberapa variasi yang membedakannya.
Dia berharap teknik ini suatu hari nanti dapat menjadi alat yang berguna untuk mengidentifikasi orang-orang yang berisiko mengalami penuaan otak dini. "Sehingga mereka dapat ditawarkan strategi pencegahan dini yang ditargetkan untuk meningkatkan kesehatan otak mereka,” kata Schott, seperti dilansir dari Express.co.uk, Kamis (25/8/2022).
Penelitian dilakukan pada anggota Insight 46, yang telah mengambil bagian dalam penelitian sepanjang hidup mereka. Hal ini memungkinkan peneliti untuk membandingkan usia otak di berbagai titik waktu selama perjalanan hidup mereka.
Mereka melakukannya dengan menggunakan model pembelajaran mesin berbasis MRI yang dapat memperkirakan usia otak peserta. Semua sukarelawan berusia antara 69 dan 72 tahun, tetapi perkiraan usia otak peserta berkisar antara 46 hingga 93 tahun.
Sekitar sepertiga dari variabilitas usia ini dikaitkan dengan beberapa faktor berbeda selama hidup peserta. Mereka menemukan bahwa individu dengan kesehatan jantung yang buruk pada usia 36 hingga 69 tahun, tampaknya mengalami peningkatan penyakit serebrovaskular pada pemindaian MRI mereka.
Temuan ini sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh tim yang sama. Mereka menemukan hubungan antara tekanan darah tinggi pada usia 36 tahun dengan kesehatan otak lebih buruk pada kemudian hari.
Kepala Penelitian di Alzheimer's Research UK, dr Sara Imarisio, mengatakan studi Insight 46 membantu mengungkap lebih banyak hubungan kompleks antara berbagai faktor yang memengaruhi kesehatan otak orang sepanjang hidup mereka. “Para peneliti telah menemukan lebih banyak bukti bahwa kesehatan jantung yang lebih buruk di usia paruh baya terkait dengan penyusutan otak yang lebih besar pada kemudian hari,” kata dia.
Pada 2021, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat (AS) menerbitkan informasi di situsnya yang menyoroti pentingnya menjaga kesehatan jantung. Tujuannya, untuk mencegah hasil kesehatan yang buruk seperti demensia dan strok.
Badan kesehatan itu menjelaskan, jantung memompa darah melalui pembuluh darah ke setiap bagian tubuh, termasuk otak. CDC merekomendasikan lima langkah untuk mengurangi risiko komplikasi vaskular, yakni:
- Kendalikan tekanan darah
- Konsumsi makanan sehat dan batasi alkohol
- Kendalikan diabetes
- Jangan merokok
- Tetap aktif
Jika pembuluh darah menjadi rusak karena kesehatan jantung yang buruk, itu dapat membuka jalan ke kondisi kesehatan serius lainnya. Menjaga pembuluh darah tetap sehat dapat membantu agar memiliki jantung dan otak yang kuat, menurut CDC.