REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perbankan syariah memainkan peran aktif dalam mendorong pemulihan ekonomi nasional melalui penyaluran pembiayaan yang konsisten di atas rata-rata industri perbankan nasional. Chief Economist PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) Banjaran Surya Indrastomo mengatakan, sampai dengan kuartal II 2022 pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah mencapai 14,09 persen (yoy) di tengah permodalan yang tetap kuat.
"Pertumbuhan pembiayaan perbankan syariah di akhir 2022 diproyeksi ada gap sekitar tiga persen lebih tinggi dari konvensional, yakni sekitar 12-14 persen," kata Banjaran pada Republika.co.id.
Ia memproyeksikan, pertumbuhan kredit/pembiayaan nasional mencapai 9-11 persen pada 2022. Hal ini didorong pemulihan perekonomian di sektor kebutuhan dasar dan prioritas pemerintah.
Menurut data yang ia peroleh, persentase pertumbuhan secara nominal pembiayaan perbankan syariah nasional mencapai Rp 462,34 triliun hingga akhir kuartal II 2022. Secara kuartalan, kenaikan mencapai 6,43 persen dari Rp 434,39 triliun pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, perbankan konvensional pada kuartal II 2022 tumbuh sebesar 10,37 persen (yoy) menjadi Rp 5.851 triliun. Secara kuartalan, pertumbuhan mencapai 5,19 persen dari Rp 5.562 triliun pada kuartal sebelumnya.
Secara total, industri perbankan nasional tumbuh 5,28 persen (qtq) dari Rp 5.997 dari kuartal sebelumnya. Banjaran mengatakan, dari segi aset, pertumbuhan bank syariah juga lebih besar dari pertumbuhan industri perbankan nasional maupun perbankan konvensional.
Aset industri perbankan syariah tumbuh 14,21 persen (yoy) menjadi Rp 721 triliun. Sementara aset total industri perbankan nasional hanya tumbuh 9,52 persen dan industri perbankan konvensional sebesar 9,19 persen.